Sabtu, 20 April 2013

Neonatus Bayi dan Balita



NEONATUS RESIKO TINGGI DAN PENATALAKSANAANNYA
A.Kejang
PENGERTIAN
Kejang adalah gangguan sistem SSP lokal atau sistemik sehingga kejang bukan merupakan suatu penyakit, kejang merupakan tanda paling penting akan adanya suatu penyakit lain sebagai penyebab kejang.
Kejang adalah gerakan otot tubuh secara mendadak yang tidak disadari baik dalam bentuk kronik atau tonik dengan atau tanpa disertai hilangnya kesadaran.
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu rectal diatas 38°C atau suhu tubuh diatas 39°C yang disebabakan oleh proses Ekstra Kranium (diluar rongga tengkorak).
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu (suhu rektal lebih dari 38oC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium (diluar rongga kepala). Menurut Consensus Statement on Febrile Seizures (1980),
Kejang demam, dalam istilah medis dikenal sebagai febrile konvulsi, adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal > 38oC), yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium (di luar susunan saraf pusat). Penyakit ini paling sering terjadi pada anak, terutama pada golongan umur 6 bulan sampai 4 tahun.

ETIOLOGI
1. Gangguan vaskuler
a. Perdarahan akibat ptechie akibat dari anoreksia dan asfiksia yang dapat terjadi di intra cerebral atau intra ventrikuler.
b.Perdarahan akibat trauma langsung yaitu berupa perdarahan di sub kranial atau subdural.
c. Trombosis
d. Penyakit perdarahan seperti defiasiensi vitamin K
e. Sindroma hiperviskositas
2. Gangguan metabolisme
a. Hipokalsemia
b.Hipomagnesemia
c. Hipoglkemia
d. Amino Asiduria
e. Hipo dan hipernatremia
f. Hiperbilirubinemia
g.Difisiensi dan ketergantungan akan piridoksin.
3. Infeksi
a. Meningitis
b.Enchepalitis
c. Toksoplasma kongenital
d. Penyakit cytomegali inclusion
4. Toksik
a. Obat konvulsion
b.Tetanus
c. Echepalopati timbal
d. Sigelosis Salmenalis
5. Kelainan kongenital
a. Paransefali
b.Hidrasefali


6. Lain- lain
a. Narcotik withdraw
b.Neoplasma
Faktor – faktor yang dapat menyebabkan kejang demam antara lain :
1. Demam itu sendiri atau tinggi suhu badan anak
2. Efek product toksik dari pada mikroarganisme ( kuman dan virus ) terhadap otak.
3. Respon alergi atau keadaan imun yang abnormal oleh infeksi.
4. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit
5. Enhepalitis vital ( radang otak akibat virus ) yang ringan yang tidak diketahui atau enchepalopati toksik sepintas.
6. Gabungan semua faktor tersebut diatas.
KLASIFIKASI
Secara umum dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Konvulsi akut ( Non rekuren)
Merupakan konvulsi yang sering terjadi pada neonatus. Seluruh tipe serangan konvulsi akut pada anak –anak dapat merupakan manisfestasi sementara penyakit akut yang melibatkan otak. Umumnya kejang demam terjadi setelah 6 bulan pertama kehidupan, namun dalam 2 – 3 tahun pertama insidennya terus menerus mencapai usia 6 – 8 tahun dan sesudah itu kejang itu menjadi jarang.
2. Konvulsi kronik ( Rekuren )
Dapat juga disebut epilepsi, terdapat 10 macam epilepsi :
a. Epilepsi Idiopatik
Gamabaran elektroenchepalografik terutama pada saat tidur, memperlihatkan abnormalitas umum pada 90 % anak dengan kejang idiopatik.
b. Epilepsi Organik
Dapat terjadi setelah kerusakan otak didapat pada masa pranatal, natal dan posnatal . anak sering memperlihatkan cacat motorik dan retardasi mental.
c. Epilepsi Tonik- Klonik
Kejang umum, datang spasme otot dengan fase tronik – klonik. Epilepsi ini dapat terjadi pada malam hari tanpa disadari klien.lidah atau gigi tergigit, nyeri kepala, darah dibantal atau tempat tidur basah oleh kemih dappat terjadi 1 – 2 hari.
d. Epilepsi ( Absenses )Petit Mal
Kehilangan kesadaran sementara, berputarnya bola mata ke atas, gerakan alis mata, kepala mengangguk , anggukan kepala sedikit gemetar pada otot – otot badan dan anggota tubuh.
e. Epilepsi Psikomotorik
Berupa gerakan motorik tetapi tidak berulang dan sering kompleks,sering didapatkan kepucatan disekitar mulut, pekikan nyaring atau usaha minta pertolongan dan lain- lain.
f. Kejang Partial Vokal ( Epilepsi Jackson )
Kejang ini dimulai pada suatu kelompok yang menyebar ke tempat lain, misalnya dari ibu jari ke jari yang lain, pergelangan tangan, lengan, wajah dan kemudian kaku yang sama.
g. Kejang Mioklonik Infantil
Terjadi sebelum usia 2 tahun dibagi menjadi 2 yaitu :
Jika tingkat perkemabangan tidak pernah normal terjadi pada usia 4 bulan, terdapat cacat serebelum kongenital atau sebab organik lainnya.
Jika anak tumbuh normal sampai usia 6 bulan atau lebih, memiliki kemampuan motorik yang baik namun dengan kemampuan bahasa dan penyesuaian yang buruk dibanding usia kronologisnya.
h. Kejang Mioklonik dan Akinetik
Biasanya melibatkan satu kelompok otot dan dikaitkan dengan hilangnya tonis postural tubuh secara mendadak.
i. Kejang Noktural
Mimpi buruk dan tidur berjalan ( somnambolisme ) paling sering terjadi pada saat tidur nyensyak yaitu 1- 2 jam setelah istirahat.
j. Kejang Induksi
Dengan terapi obat saja biasanya tidak memuaskan. Setelah anak belajar menarik perhatian dengan cara ini, maka sulit untuk mengubah sifat ini.
GAMBARAN KLINIS
Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kabanyakan bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi diluar SSP : misalnya tonsilitis, otitis media akut, bronkitis, furunkulosis. Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik – klonik, tonik, klonik, vokal atau akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri.
Begitu kejang berhenti anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak tetapi setelah beberapa detik atau menit anak akan terbangun dan sadar kembali tanpa adanya kelainan saraf. Menurut FKUI – RSCM Jakarta pedoman untuk membuat diagnosis kejang demam sederhana yaitu
1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun.
2. Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15 menit.
3. Kejang bersifat umum.
4. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam.
5. Pemeriksaaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal.
6. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal tidak menunjukkan kelainan.
7. Frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali.
PROGNOSIS
Risiko yang akan dihadapi oleh seorang anak sesudah menderita kejang demam tergantung dari faktor :
1. Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga
2. Kelainan dalam perkembangan atau kelainan syaraf sebelum anak menderita kejang demam.
3. Kejang yang berlangsung lama atau kejang fokal
Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor tersebut diatas maka :
1. Dikemidian hari akan mengalami serangan kejang tanpa demam sekitar 13 % dibandingkan bila terdapat satu atau tidak sama sekali faktor tersebut diatas, serangan kejang tanpa demam hanya 2-3 % saja.
2. Hemiparesis biasanya terjadi pada pasien yang mengalami kejang lama (berlangsung lebih dari 30 menit) baik bersifat umum atau fokal. Kelumpuhan dapat terjadi pada kejang fokal yang bersifat flaksit tetapi setelah 2 minggu timbul spasitas.
PENATALAKSANAAN
1. Memberantas kejang secepat mungkin.
Bila penderita datang dalam keadaan stsatus konfusifus, obat pilihan utama adalah Diazepam yang diberikan secara IV, keberhasilannya dapat menekan kejang sekitar 80-90 % dengan efek terapeutik yang sangat cepat. Dosis obat tergantung dari berat badan yaitu :
a. BB kurang dari 10 kg : 0,5 – 0,75 mg/kg BB dengan minimal dalam semprit 2,5 mg.
b. BB 10 – 20 kg : 0,5 mg /kg BB dengan minimal dalam semprit 7,5 mg.
c. BB diatas 20 kg : 0,5 mg /kg BB.
Biasanya dosis rata-rata yang terpakai 0,3 mg/kgBB tiap kali dengan maksimum 5 mg pada anak berumur kurang dari 5 tahun dan 10 mg pada anak yang lebih besar.
2. Pengobatan penunjang
Sebelum memberantas kejang tidak boleh dilupakan perlunya pengobatan penunjang.
a. Semua pakaian ketat dibuka.
b. Posisi kepala miring untuk mencegah aspirasi pada lambung.
c. Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen bila perlu lakukan intubasi atau trakeostomi.
d. Penghisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen.
Fungsi vital seperti kesadaran, suhu, TD, RR dan fungsi jantung harus diawasi secara ketat. Cairan intravena sebaiknya diberikan dengan monitoring untuk menilai adanya kelainan metabolik dan elektrolit. Jika suhu meningkat sampai hiperpireksia dilakukan hibernasi dengan kompres alkohol dan es. Obat untuk hibernasi adalah Clorpromazin 2-4 mg/kgBB per hari dibagi dalam 3 dosis, Prometazon 4-6 mg/kgBB perhari dibagi dalam 3 dosis secara suntikan. Untuk mencegah edema otak diberikan kortikosteroid dan glukokortikoid.
3. Pengobatan rumatan.
Dibagi 2 bagian :
a. Profilaksis Intermiten
Untuk mencegah terulangnya kejang kembali dikemudian hari dengan memberikan obat campuran anti konvulsan dan antipiretik.
b. Profilaksis jangka panjang.
Gunanya untuk menjamin terdapatnya dosis yang terapeutik yang stabil dan cukup didalam darah penderita untuk mencegah terulangnya kejang dikemudian hari.

4. Mencari dan mengobati penyebab.
Pasien yang datang dengan kejang demam sebaiknya dilakukan pemeriksaan intensif seperti :
a. Pungsi lumbal.
b. Darah lengkap.
c. Gula darah.
d. Elektrolit (Kalium,Magnesium, Natrium)
e. Faal hati
f. Foto tengkorak.
g. EEG
h. Enchepalografi






B. Hipotermia
Hipotermia adalah suatu kondisi dimana mekanisme tubuh untuk pengaturan suhu kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin. Hipotermia juga dapat didefinisikan sebagai suhu bagian dalam tubuh di bawah 35 °C. Tubuh manusia mampu mengatur suhu pada zona termonetral, yaitu antara 36,5-37,5 °C. Di luar suhu tersebut, respon tubuh untuk mengatur suhu akan aktif menyeimbangkan produksi panas dan kehilangan panas dalam tubuh.
Gejala hipotermia ringan adalah penderita berbicara melantur, kulit menjadi sedikit berwarna abu-abu, detak jantung melemah, tekanan darah menurun, dan terjadi kontraksi otot sebagai usaha tubuh untuk menghasilkan panas. Pada penderita hipotermia moderat, detak jantung dan respirasi melemah hingga mencapai hanya 3-4 kali bernapas dalam satu menit.  Pada penderita hipotermia parah, pasien tidak sadar diri, badan menjadi sangat kaku, pupil mengalami dilatasi, terjadi hipotensi akut, dan pernapasan sangat lambat hingga tidak kentara (kelihatan).
Hipotermi terjadi bila terjadi penurunan suhu inti tubuh dibawah 35°C (95°F). Pada suhu ini, mekanisme kompensasi fisiologis tubuh gagal untuk menjaga panas tubuh.

                                                                           
Epidemiologi
  1. Usia Lanjut : orang berusia lanjut kurang sensitive terhadap persepsi suhu, kurang bergerak, dan adanya penyakit sistemik menyebabkan terganggunya fisiologis tubuh dalam menjaga suhu tubuh. Hal ini juga dipengaruhi oleh faktor sosioekonomik.
  2. Neonatus : neonatus rentan terhadap hipotermi karena tingginya rasio permukaan kulit dengan berat tubuh, dan kurangnya fungsi menggigil, serta rendahnya repson adaptasi terhadap lingkungan.
  3. Malnutrisi : kurangnya deposit lemak dibawah kulit menyebabkan lebih rentannya kulit kehilangan panas, dan kurangnya sumber energi yang digunakan sebagai sumber panas.
Klasifikasi
Hipotermi juga dapat diklasifikasikan berdasarkan sumber paparan yaitu :
  1. Hipotermi Primer : terjadi akibat paparan langsung individu yang sehat terhadap dingin.
  2. Hipotermi sekunder : mortalitas banyak terjadi pada fase ini dimana terjadi kelainan secara sistemik.
Hipotermi juga dapat diklasifikasikan berdasarkan temperature tubuh, yaitu :
  1. Ringan = 34-36°C
Kebanyakan orang bila berada pada suhu ini akan menggigil secara hebat, terutama di seluruh ekstremitas. Bila suhu tubuh lebih turun lagi, pasien mungkin akan mengalami amnesia dan disartria. Peningkatan kecepatan nafas juga mungkin terjadi.
Sedang = 30–34°C
Terjadi penurunan konsumsi oksigen oleh sistem saraf secara besar yang mengakibatkan terjadinya hiporefleks, hipoventilasi, dan penurunan aliran darah ke ginjal. Bila suhu tubuh semakin menurun, kesadaran pasien bisa menjadi stupor, tubuh kehilangan kemampuannya untuk menjaga suhu tubuh, dan adanya resiko timbul aritmia.[5]
  1. Berat = <30°C
    Pasien rentan mengalami
    fibrilasi ventrikular, dan penurunan kontraksi miokardium, pasien juga rentan untuk menjadi koma, pulse sulit ditemukan, tidak ada reflex, apnea, dan oligouria.

C. HIPOGLIKEMIA
Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah hingga dibawah 60 mg/dl. Dalam keadaan normal, tubuh mempertahankan kadar gula darah antara 70-110 mg/dL. Sementara pada penderita diabetes (diabetes memiliki beberapa type, jadi silahkan merujuk kepada jenis diabetes yang ada), kadar gula darahnya tersebut berada pada tingkat terlalu tinggi; dan pada penderita hipoglikemia, kadar gula darahnya berada pada tingkat terlalu rendah.

Hal ini sangat membahayakan bagi tubuh, terutama otak dan sistem syaraf, yang membutuhkan glukosa dalam darah yang berasal dari makanan berkarbohidrat dalam kadar yang cukup. Kadar gula darah normal adalah 80-120 mg/dl pada kondisi puasa, atau 100-180 mg/dl pada kondisi setelah makan

Kadar gula darah yang rendah menyebabkan berbagai sistem organ tubuh mengalami kelainan fungsi. Otak sebagai organ yang sangat peka terhadap kadar gula darah yang rendah, akan memberikan respon melalui sistem saraf, merangsang kelenjar adrenal untuk melepaskan epinefrin (adrenalin). Hal ini akan selanjutnya merangsang hati untuk melepaskan gula agar kadarnya dalam darah tetap terjaga.
Jika kadar gula turun, maka akan terjadi gangguan fungsi otak.



PENYEBAB 
Hipoglikemia bisa disebabkan oleh:
  • Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas
  • Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya
  • Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal
  • Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati.
Secara umum, hipoglikemia dapat dikategorikan sebagai yang berhubungan dengan obat dan yang tidak berhubungan dengan obat. Sebagian besar kasus hipoglikemia terjadi pada penderita diabetes dan berhubungan dengan obat.
Hipoglikemia yang tidak berhubungan dengan obat lebih jauh dapat dibagi lagi menjadi:
  • Hipoglikemia karena puasa, dimana hipoglikemia terjadi setelah berpuasa
  • Hipoglikemia reaktif, dimana hipoglikemia terjadi sebagai reaksi terhadap makan, biasanya karbohidrat.
HIPOGLIKEMIA PENDERITA DIABETES
Hipoglikemia paling sering terjadi disebabkan oleh insulin atau obat lain (sulfonilurea) yang diberikan kepada penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya. Jika dosis obat ini lebih tinggi dari makanan yang dimakan maka obat ini bisa bereaksi menurunkan kadar gula darah terlalu banyak.
Penderita diabetes berat menahun sangat peka terhadap hipoglikemia berat. Hal ini terjadi karena sel-sel pulau pankreasnya tidak membentuk glukagon secara normal dan kelanjar adrenalnya tidak menghasilkan epinefrin secara normal. Padahal kedua hal tersebut merupakan mekanisme utama tubuh untuk mengatasi kadar gula darah yang rendah.
HIPOGLIKEMIA KARENA PENGGUNAAN OBAT OBATAN LAINNYA
Pentamidin yang digunakan untuk mengobati pneumonia akibat AIDS juga bisa menyebabkan hipoglikemia. Hipoglikemia kadang terjadi pada penderita kelainan psikis yang secara diam-diam menggunakan insulin atau obat hipoglikemik untuk dirinya.
HIPOGLIKEMIA YANG TIDAK BERHUBUNGAN DENGAN OBAT OBATAN
Pemakaian alkohol dalam jumlah banyak tanpa makan dalam waktu yang lama bisa menyebabkan hipoglikemia yang cukup berat sehingga menyebabkan stupor.
Olah raga berat dalam waktu yang lama pada orang yang sehat jarang menyebabkan hipoglikemia.
Puasa yang lama bisa menyebabkan hipoglikemia, hanya jika terdapat penyakit lain (terutama penyakit kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal) atau mengkonsumsi sejumlah besar alkohol. Cadangan karbohidrat di hati bisa menurun secara perlahan sehingga tubuh tidak dapat mempertahankan kadar gula darah yang cukup. Pada orang-orang yang memiliki kelainan hati, beberapa jam berpuasa bisa menyebabkan hipoglikemia. Bayi dan anak-anak yang memiliki kelainan sistem enzim hati yang memetabolisir gula bisa mengalami hipoglikemia diantara jam-jam makannya. 
HIPOGLIKEMIA REAKTIF
Seseorang yang telah menjalani pembedahan lambung bisa mengalami hipoglikemia diantara jam-jam makannya (hipoglikemia alimenter, salah satu jenis hipoglikemia reaktif). Hipoglikemia terjadi karena gula sangat cepat diserap sehingga merangsang pembentukan insulin yang berlebihan. Kadar insulin yang tinggi menyebabkan penurunan kadar gula darah yang cepat.
Hipoglikemia alimentari kadang terjadi pada seseorang yang tidak menjalani pembedahan. Keadaan ini disebut hipoglikemia alimentari idiopatik.
Jenis hipoglikemia reaktif lainnya terjadi pada bayi dan anak-anak karena memakan makanan yang mengandung gula fruktosa dan galaktosa atau asam amino leusin. Fruktosa dan galaktosa menghalangi pelepasan glukosa dari hati; leusin merangsang pembentukan insulin yang berlebihan oleh pankreas. Akibatnya terjadi kadar gula darah yang rendah beberapa saat setelah memakan makanan yang mengandung zat-zat tersebut.
Hipoglikemia reaktif pada dewasa bisa terjadi setelah mengkonsumsi alkohol yang dicampur dengan gula (misalnya gin dan tonik). Pembentukan insulin yang berlebihan juga bisa menyebakan hipoglikemia. Hal ini bisa terjadi pada tumor sel penghasil insulin di pankreas (insulinoma). Kadang tumor diluar pankreas yang menghasilkan hormon yang menyerupai insulin bisa menyebabkan hipoglikemia.
Penyebab lainnya adalah penyakti autoimun, dimana tubuh membentuk antibodi yang menyerang insulin. Kadar insulin dalam darah naik-turun secara abnormal karena pankreas menghasilkan sejumlah insulin untuk melawan antibodi tersebut.
Hal ini bisa terjadi pada penderita atau bukan penderita diabetes. Hipoglikemia juga bisa terjadi akibat gagal ginjal atau gagal jantung, kanker, kekurangan gizi, kelainan fungsi hipofisa atau adrenal, syok dan infeksi yang berat.
Penyakit hati yang berat (misalnya hepatitis virus, sirosis atau kanker) juga bisa menyebabkan hipoglikemia.

MEKANISME HIPOGLIKEMIA
Mekanisme respon hipoglikemia, pada awalnya, tubuh secara otomatis memberikan respon terhadap rendahnya kadar gula darah dengan melepaskan epinefrin (adrenalin) dari kelenjar adrenal dan beberapa ujung saraf. Epinefrin akan merangsang pelepasan gula dari cadangan tubuh tetapi juga menyebabkan gejala yang menyerupai serangan kecemasan (berkeringat, kegelisahan, gemetaran, pingsan, jantung berdebar-debar dan kadang rasa lapar).
Hipoglikemia yang lebih berat menyebabkan berkurangnya glukosa ke otak dan menyebabkan pusing, bingung, lelah, lemah, sakit kepala, perilaku yang tidak biasa, tidak mampu berkonsentrasi, gangguan penglihatan, kejang dan koma. Hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang permanen.
Gejala yang menyerupai kecemasan maupun gangguan fungsi otak bisa terjadi secara perlahan maupun secara tiba-tiba. Hal ini paling sering terjadi pada orang yang memakai insulin atau obat hipoglikemik per-oral.
Pada penderita tumor pankreas penghasil insulin, gejalanya terjadi pada pagi hari setelah puasa semalaman, terutama jika cadangan gula darah habis karena melakukan olah raga sebelum sarapan pagi.
Pada mulanya hanya terjadi serangan hipoglikemia sewaktu-waktu, tetapi lama-lama serangan lebih sering terjadi dan lebih berat.
Gejala hipoglikemia jarang terjadi sebelum kadar gula darah mencapai 50 mg/dL. Maka dari itu diagnosis hipoglikemia baru bisa ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya dan hasil pemeriksaan kadar gula darah. Penyebabnya bisa ditentukan berdasarkan riwayat kesehatan penderita, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium sederhana.
Jika dicurigai suatu hipoglikemia autoimun, maka dilakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui adanya antibodi terhadap insulin. Untuk mengetahui adanya tumor penghasil insulin, dilakukan pengukuran kadar insulin dalam darah selama berpuasa (kadang sampai 72 jam).
Pemeriksaan CT scan, MRI atau USG sebelum pembedahan, dilakukan untuk menentukan lokasi tumor.
GEJALA HIPOGLIKEMIA
Gejala hipoglikemia memang tidak mudah dikenali karena hampir sama dengan gejala penyakit lain,seperti diabetes dan kekurangan darah (anemia). Gejala-gejala hipoglikemia antara lain gelisah, gemetar, banyak berkeringat, lapar, pucat, sering menguap karena merasa ngantuk, lemas, sakit kepala, jantung berdeba-debar, rasa kesemutan pada lidah, jari-jari tangan dan bibir, penglihatan kabur atau ganda serta tidak dapat berkonsentrasi.
Hipoglikemia dapat menyebabkan penderita mendadak pingsan dan harus segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan suntikan serta infus glukosa. Jika dibiarkan terlalu lama, penderita akan kejang-kejang dan kesadaran menurun. Apabila terlambat mendapatkan pertolongan dapat mengakibatkan kematian.
Hipoglikemia berbahaya dibandingkan kelebihan kadar gula darah (hiperglikemia) karena kadar gula darah yang terlalu rendah selama lebih dari enam jam dapat menyebabkan kerusakan tak terpulihkan (irreversible) pada jaringan otak  dan saraf. Tidak jarang hal ini menyebabkan kemunduran kemampuan otak.


PRINSIP PENGOBATAN
Prinsip dari pengobatan hipoglikemia adalah menaikan kembali kadar gula darah yang rendah itu sehingga mencapai kadar normalnya. Makanya gejala hipoglikemia ini dapat menghilang dalam beberapa menit setelah penderita mengkonsumsi gula (dalam bentuk permen atau tablet glukosa) maupun minum jus buah, air gula atau segelas susu.
Namun untuk seseorang yang sering mengalami hipoglikemia (terutama penderita diabetes), hendaknya selalu membawa tablet glukosa karena efeknya cepat timbul dan memberikan sejumlah gula yang konsisten. Baik penderita diabetes maupun bukan, sebaiknya sesudah makan gula diikuti dengan makanan yang mengandung karbohidrat yang bertahan lama (misalnya roti atau biskuit). Jika hipoglikemianya berat dan berlangsung lama serta tidak mungkin untuk memasukkan gula melalui mulut penderita, maka diberikan glukosa intravena untuk mencegah kerusakan otak yang serius.
Seseorang yang memiliki resiko mengalami episode hipoglikemia berat sebaiknya selalu membawa glukagon. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang merangsang pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam hati. Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan gula darah dalam waktu 5-15 menit.
Jika hipoglikemia yang terjadi itu akibat adanya tumor penghasil insulin, maka cara penyembuhannya adalah harus diangkat melalui pembedahan. Sebelum pembedahan, biasanya diberikan obat untuk menghambat pelepasan insulin oleh tumor (misalnya diazoksid). Untuk seseorang yang sering mengalami hipoglikemia, tapi bukan penderita diabetes, dapat menghindari serangan hipoglikemia dengan sering makan dalam porsi kecil.

KESADARAN MENGONTROL GULA DARAH
Hipoglikemia memang  kurang disadari oleh masyarakat  luas yang lebih mengenal penyakit diabetes sebagai akibat tingginya kadar gula darah (hiperglikemia). Padahal, hipoglikemia menjadi akibat yang paling sering terjadi jika penderita diabetes tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai diet rendah gula  yang benar, kadar gula darah yang dibutuhkan oleh tubuh haruslah seimbang tidak terlalu tinggi atau rendah. Cara yang paling mudah untuk  mengetahui kadar gula darah dalam tubuh dengan cara mengecek kadar gula secara rutin.
Untuk menjaga agar kadar gula selalu normal, perhatikan pola makan, olah raga ringan  secara teratur untuk membantu pembakaran glukosa menjadi energi dan merangsang produksi insulin, hindarkan stress atau gangguan emosional lainnya dan disiplin minum obat sesuai anjuran dokter. Bagi yang jelas terkena hipoglikemia dapat menaikkan kembali kadar gula darahnya dengan mengonsumsi gula (dalam bentuk permen atau tablet glukosa), jus buah, air gula, atau segelas susu. Atau bisa juga mengkonsumsi HD Clover Honey.Madu ini mengandung fruktosa dan glukosa alami yang mudah diubah menjadi energi oleh tubuh. Kandungan fruktosanya bisa menjadi sumber energi dan aman bagi penderita diabetes sehingga tetap dapat diet tanpa terkena resiko hipoglikemia.





D. TETANUS NEONATORUM
Tetanus neonatorum merupakan penyakit tetanus yang terjadi pada bayi yang berusia dibawah 28 hari, dengan gejala klinik yang khas dimana timbul kekakuan seluruh tubuh yang ditandai dengan kesulitan membuka mulut dan menetek, serta kejang-kejang pada saat beberapa hari setelah lahir. Penyakit tetanus neonatorum merupakan suatu penyakit yang berbahaya dan memiliki tingkat morbiditas yang tinggi. Maka dari itu penyakit tetanus neonatorum harus segera ditangani.
Apa sih penyebab penyakit tetanus neonatorum?
Penyakit tetanus neonatorum disebabkan oleh bakteri closiridium tetani, yang merupakan organisme ibligat anacrob (tidak membutuhkan oksigen). Biasanya datangnya bakteri disebabkan infeksi selama masa neonatan, yang antara lain terjadi akibat pemotongan tali pusat atau perawatan tidak aseptik, dan proses partus yang kurang steril.
Faktor Penyebab penyakit tetanus neonatorum
  • Penggunaan alat yang tidak steril untuk memotong tali pusat juga seringkali meningkatkan risiko penularan penyakit tetanus neonatorum. Kejadian ini masih lagi berlaku di negara-negara berkembang dimana bidan-bidan yang melakukan pertolongan persalinan masih menggunakan peralatan seperti pisau dapur atau sembilu untuk memotong tali bayi baru lahir.
  • Cara perawatan tali pusat dengan teknik tradisional seperti menggunakan ramuan untuk menutup luka tali pusat dengan kunyit dan abu dapur, kemudian tali pusat tersebut dibalut dengan menggunakan kain pembalut yang tidak steril, serta tempat pelayanan persalinan yang tidak bersih dan steril.
  • Kekebalan ibu terhadap tetanus, merupakan faktor-faktor yang berperan untuk meningkatkan risiko terjadinya neonatus neonatorum.
Patofisiologi penyakit tetanus neonatorum
Kuman tetanus masuk kedalam tubuh bayi, melalui tali pusat yang dipotong dengan menggunakan alat yang tidak steril atau pada tali pusat yang dirawat tidak steril. Awalnya kuman masuk dalam bentuk spora. Kemudian bila didaerah potongan tali pusat tidak mengandung oksigen yang cukup, maka spora akan berkembang menjadi bentuk vegetatif yang dapat menghasilkan racun (toksin).
Toksin tersebut dapat menghancurkan sel darah merah, merusak leukasit, menyerang sistem saraf dan merupakan tetanospasmin, yaitu toksin yang bersifat neurotropik yang dapat menyebabkan kekakuan / ketegangan dan spasme otot. Kekakuan dimulai pada tempat masuknya kuman atau pada otot yang kecil seperti otot pipi/ masseter disebut: trismus).
Jika toksin masuk ke sum-sum tulang belakang, maka terjadi kekakuan yang makin berat pada anggota gerak, otot-otot bergaris di dada, perut dan timbul kejang seluruh tubuh, jika toksin mencapai sistem saraf pusat. Toksin pada sistem saraf otonom juga berpengaruh, sehingga terjadi gangguan pada pernafasan, metabolisme, hemodonamika, hormonal, saluran cerna, saluran kemih, dan neuromuskular, penyempitan jalan nafas, hipertensi, gangguan irama jantung, demam tinggi, merupakan penyulit akibat gangguan saraf otonom, yang dulu jarang dilaporkan karena penderita sudah meninggal sebelum gejala timbul.
Bagaimana gejala penyakit tetanus neonatorum?
Penyakit tetanus neonatorum biasanya baru memperlihatkan gejala-gejala tetanus pada hari ketiga setelah kelahiran. Hal ini disebabkan karena adanya masa inkubasi tetanus yang umumnya antara 3 – 12 hari. Penyakit tetanus neonatorum terjadi mendadak dengan otot yang makin bertambah terutama pada rahang dan leher. Dalam 48 jam penyakit menjadi nyata dengan adanya trismus. Tanda dan gejala sebagai berikut:
  1. Bayi tiba-tiba panas dan tidak mau minum ( karena tidak dapat menghisap)
  2. Mulut mencucut seperti mulut ikan
  3. Mudah terangsang dan sering kejang disertai sianosis
  4. Kaku kuduk sampai opistotonus
  5. Dinding Abdomen kaku, mengeras, dan kadang-kadang terjadi kejang
  6. Dari berkerut, alis mata terangkat, sudut mulut tertarik kebawah, muka thisus sardunikus.
  7. Ekstermitas biasanya terulur atau kaku
  8. Tiba-tiba bayi sensitive terhadap rangsangan, gelisah dan kadang-kadang menangis lemah.
  9. Terjadi penurunan kesadaran
Penanganan penyakit tetanus neonatoum
Dalam penanganan penyakit tetanus neonatorum harus dilakukan perawatan intensif. Prinsip penanganan yang dilakukan pada penderita penyakit tetanus neonatorum adalah mencegah terjadinya kejang kekakuan otot, menetralisasi racun dan membunuh kuman tetanus yang ada pada tubuh. Untuk mencegah kejang/ kekakuan otot, diberikan obat golongan benzodiazepin.
Obat ini mempunyai aktivitas sebagai penenang, anti kejang, dan pelemas otot yang kuat. Efek samping dapat berupa depresi pernafasam, terutama terjadi bila diberikan dalam dosis besar. Untuk menetralisasir racun didalam tubuh, diberikan obat anti tetanus serum atau Human Tetanus Immunuglobulin (HTIG). Terapi antibiotik diberikan bertujuan untuk memberantas kuman tetanus, kuman ini peka terhadap penisilin grup beta laktam termasuk penisilin G, ampisilin, karbenisilin, dan tikarsilin. Selain itu kuman ini juga peka terhadap obat klorampenikol, metronidazol, aminoglikosida dan sefalosporin generasi ketiga. Tindakan bedah yang diperlukan untuk memberantas kuman tersebut adalah dengan perawatan luka. Luka bekas potongan tali pusat dibersihkan dari benda asing dengan menggunakan betadine dan hidorgen peroksida. Kemudian luka dibiarkan terbuka agar oksigen dapat bersirkulasi baik kedalam luka.


 

 

PENYAKIT YANG DIDERITA IBU SELAMA KEHAMILAN


1.      Hipertensi Dalam Kehamilan
  Hipertensi esensial
Adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan ini termasuk juga hipertensi ringan.
Gejalanya :
         Biasanya tidak terasa ada keluhan dan pusing atau berat ditekuk kepala.
                                                                                 Tekanan darah sistolenya antara 140-160 mmhg
                                                                                 Tekanan darah diastolenya antara 90-100 mmhg
                                                                                 Tekanan darahnya sukar diturunkan
Penanganannya :
Memantau tekanan darah apabila diketahui tinggi dan mengurangi segala sesuatu yang bisa menyebabkan tekanan darah naik seperti : gaya hidup, diet dan psikologis.


  Hipertensi Karena Kehamilan
Adalah hipertensi yang disebabkan atau muncul selama kahamilan
  • Terjadi pertama kali sesudah kehamilan 20 minggu, selama persalinan dan 48 jam pasca persalinan.
  • Lebih sering pada primigravida
  • Risiko meningkat pada :
-          Masa plasenta besar (gamelli, penyakit trofoblas)
-          Diabetes mellitus
-          Faktor herediter
-          Masalah vaskuker
  • Ditemukan tanpa protein dan oedema, tekanan darah meningkat
  • Kenaikan tekanan diastolik 15 mmhg atau > 90 mmhg dalam pengukuran berjarak 1 jam atau tekanan diastolik sampai 110 mmhg.
Penanganan :
  • Pantau tekanan darah, proteinuria, reflek dan kondisi janin
  • Jika tekanan darah meningkat tangani sebagai preeklampsia
  • Jika kondisi janin memburuk atau terjadi pertumbuhan janin terhambat, rawat dan pertimbangan terminasi kehamilan.

  Preeklampsia
Adalah bila ditemukannya hipertensi yang ditambah dengan proteinuria dan oedema.
Proteinuria adalah tanda yang penting pada preeklampsia, tidak adanya tanda ini akan membuat diagnosa preeklampsia dipertanyakan. Proteinuria jika kadarnya lebih dari 300 mg dalam urine 24 jam atau lebih dari 100 mg dalam urin 6 jam.
Ibu hamil mana pun dapat mengalami preeklampsia. Tapi,umumnya ada beberapa ibu hamil yang lebih berisiko, yaitu :
         Ibu hamil untuk pertama kali
         Ibu dengan kehamilan bayi kembar
         Ibu yang menderita diabetes
         Memiliki hipertensi sebelum hamil
         Ibu yang memiliki masalah dengan ginjal
         Hamil pertama di bawah usia 20 tahun atau di atas 35 tahun.
         Ibu yang pernah mengalami preeklampsia pada kehamilan sebelumnya akan ada kemungkinan berulang pada kehamilan berikutnya
Sayangnya penyebab preeklampsia sampai saat ini masih merupakan misteri. Tak bisa diketahui dengan pasti, walaupun penelitian yang dilakukan terhadap penyakit ini sudah sedemikian maju. Yang jelas, preeklampsia merupakan salah satu penyebab kematian pada ibu hamil, di samping infeksi dan perdarahan.
Gejala Yang Muncul :
  Kondisi preeklampsia sangat kompleks dan sangat besar pengaruhnya pada ibu maupun janin. Gejalanya dapat dikenali melalui pemeriksaan kehamilan yang rutin. Kendati tak jarang si ibu merasa dirinya sehat-sehat saja.
  Adanya preeklampsia bisa diketahui dengan pasti, setelah pada pemeriksaan didapatkan hipertensi, bengkak, dan protein dalam urin
  Preeklampsia biasanya muncul pada trimester ketiga kehamilan. Tapi bisa juga muncul pada trimester kedua. Bentuk nonkompulsif dari gangguan ini terjadi pada sekitar 7 % kehamilan. Gangguan ini bisa terjadi sangat ringan atau parah.
Aspek Klinik Dari Preeklampsia :
  • Gambaran klinik
Dua gejala yang sangat penting preeklampsia adalah hipertensi dan proteinuria

  • Tekanan darah
Kelainan dasar pada preeklampsia adalah vasospasme arteriol, peningkatan tekanan darah adalah tanda peringatan awal dari preeklampsia. Tekanan diastolik lebih bermakna dari pada tekanan sistolik, tekanan diastolik sebesar 90 mmhg atau lebih yang menetap menunjukkan keadaan abnormal.
  • Kenaikan Berat Badan
Peningkatan berat badan yang tiba-tiba dapat mendahului serangan preeklampsia, peningkatan BB lebih dari 1 kg perminggu atau 3kg perbulan kemungkinan terjadinya preeklampsia.
  • vProteinuria
Merupakan indikator penting untuk menentukan beratnya preeklampsia
  • Nyeri kepala
Sering didaerah frontal dan kadang-kadang oksipital yang tidak sembuh dengan analgetik biasa
  • Nyeri epigastrium
Sering merupakan gejala preeklampsia berat
  • Gangguan penglihatan
Disebabkan vasospasme, iskemia dan perdarahan petekie pada korteks oksipital atau spasme arteriol.
Perbedaan preeklampsia ringan dan preeklampsia berat
1. Preeklampsia ringan
  • Kenaikan tekanan diastolik 15 mmhg atau > 90 mmhg dalam 2 pengukuran berjarak 1 jam atau tekanan diastolik sampai 110 mmhg
  • Proteinuria (+)

2. Preeklampsia berat
  • Tekanan diastolik > 110 mmhg
  • Proteinuria (++)
  • Oliguria
  • Hiperrefleksia
  • Gangguan penglihatan
  • Nyeri epigastrium

Penanganan Preeklampsia Ringan
Jika kehamilan < 37 minggu dan tidak ada tanda-tanda perbaikan lakukan penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan :
  • Pantau tekanan darah, proteinuria, refleks, dan kondisi janin.
  • Lebih banyak istirahat
  • Diet biasa
  • Tidak perlu diberi obat-obatan
  • Jika rawat jalan tidak mungkin, rawat dirumah sakit :
-          Diet biasa
-          Pantau tekanan darah 2 x sehari, proteiuria 1x sehari
-          Tidak perlu obat-obatan
-          Tidak perlu diuretik, kecuali jika terdapat oedema paru, dekompensasi kordis atau gagal ginjal akut
-          Jika tekanan diastolik turun sampai normal pasien dapat dipulangkan
-          Nasehatkan untuk istirahat dan perhatikan tanda-tanda preeklampsia
-          Kontrol 2 kali seminggu
-          Jika tekanan diastolik naik lagi rawat kembali
-          Jika tidak ada tanda-tanda perbaikan tetap dirawat
-          Jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat pertimbangan  terminasi kembali
-          Jika protein meningkat tangani sebagai preeklampsia berat

Jika kehamilan > 37 minggu, pertimbangkan terminasi
Penanganan Preeklampsia Berat
1. Penanganan aktif
Adalah kehamilan diakhiri atau diterminasi bersamaan dengan pemberian obat kejang (sama dengan pengobatan kejang pada eklampsia). Penderita harus segera dirawat dan sebaiknya dirawat diruangan khusus di daerah kamar bersalin, tidak diperlukan ruangan yang gelap tetapi rungan dengan penerangan yang cukup. Penderita yang ditangani dengan aktif bila didapatkan satu atau lebih keadaan yaitu :
-          Ibu dengan kehamilan 35 minggu atau lebih
-          Adanya tanda-tanda impending eklampsia
-          Adanya syndrome HELLP (haemolysis elevated liver enzymes and low platelet) atau kegagalan penanganan konservatif
-          Adanya gawat janin atau IUGR

2. Penanganan konservatif
Adalah kehamilan tetap dipertahankan bersamaan dengan pemberian pengobatan kejang (sama dengan penanganan kejang pada eklampsia). 
Pada kehamilan < 35 minggu tanpa disertai tanda-tanda impending eklampsia dengan keadaan janin baik dilakukan penanganan secara konservatif.

  Eklampsia
Eklampsia didiagnosa jika kejang yang timbul dari hipertensi yang diinduksi dengan kehamilan atau hipertensi yang diperberat dengan kehamilan.
Tanda dan Gejala :
Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya preeklampsia dan terjadinya gejala-gejala nyeri kepala dibagian frontal, gangguan penglihatan, mual, nyeri epigastrium dan hiperrefleksia.
  Penyebab kematian ibu : Perdarahan otak, dekompensasi kordis dan edema paru
Penanganan Eklampsia
Tujuan : Menghentikan dan mencegah kejang, mencegah dan mengatasi timbulnya penyulit khususnya krisis hipertensi sebagai penunjang untuk stabilisasi keadaan ibu seoptimal mungkin.
Sikap obstetrik : Mengakhiri kehamilan dengan trauma seminimal mungkin untuk ibu.

Penanganan kejang :
  • Beri obat antikonvulsan
  • Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, sedotan, masker oksigen, oksigen).
  • Lindungi pasien dari kemungkinan trauma.
  • Aspirasi mulut dan tenggorokan.
  • Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi trendelenburg untuk mengurangi resiko aspirasi.
  • Beri O2 4-6 liter/ menit

Akibat Hipertensi dalam Kehamilan Pada Janin
  Janin yang dikandung ibu hamil pengidap preeklampsia akan hidup dalam rahim dengan nutrisi dan oksigen di bawah normal. Keadaan ini bisa terjadi karena pembuluh darah yang menyalurkan darah ke plasenta menyempit.
  Karena buruknya nutrisi, pertumbuhan janin akan terhambat sehingga terjadi bayi dengan berat lahir yang rendah. Bisa juga janin dilahirkan kurang bulan (prematur), biru saat dilahirkan (asfiksia), dan sebagainya.
  Pada kasus preeklampsia yang berat, janin harus segera dilahirkan jika sudah menunjukkan kegawatan. Ini biasanya dilakukan untuk menyelamatkan nyawa ibu tanpa melihat apakah janin sudah dapat hidup di luar rahim atau tidak. Tapi, adakalanya keduanya tak bisa ditolong lagi.
Dokter tak akan membiarkan penyakit ini berkembang makin parah. Bila perlu, tanpa melihat usia kehamilan, persalinan dapat dianjurkan atau kehamilan dapat diakhiri. Tergantung keadaan, persalinan dilakukan dengan induksi atau bedah caesar.




2. ANEMIA DALAM KEHAMILAN
a.      Pengertian
Anemia ialah suatu keadaan yang menggambarkan kadar hemoglobin atau jumlah eritrosit dalam darah kurang dari nilai standar (normal).
Ukuran haemoglobin normal :
-          Laki-laki sehat mempunyai Hb: 14 gram – 18 gram
-          Wanita sehat mempunyai Hb: 12 gram – 16 gram

Tingkat pada anemia :
-          Kadar Hb 8 gram – 10 gram disebut anemia ringan
-          Kadar Hb 5 gram – 8 gram disebut anemia sedang
-          Kadar Hb kurang dari 5 gram disebut anemia berat
Pada kehamilan jumlah darah bertambah banyak, yang disebut hidremia dan hipervolemia pertambahan dari sel-sel darah kurang, bila dibanding dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Pertambahan tersebut berbanding sebagia berikut :
Plasma 30 %, sel darah 18% dan haemoglobin 19%.
Proses bertambahnya jumlah darah dalam kehamilan sudah mulai sejak kehamilan umur 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32-36 minggu.
Seorang wanita hamil yang memiliki Hb < 11gr% dapat disebut penderia anemia dalam kehamilan. Pemeriksaan hemoglobin harus menjadi pemeriksaan darah rutin selama pengawasan antenatal. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan setiap 3 bulan atau paling sedikit 1 kali pada pemeriksaan pertama pada triwulan pertama dan sekali lagi pada triwulan akhir

b. Pengaruh Anemia terhadap Kehamilan, Persalinan dan Nifas
1. Keguguran
2. Partus prematurus
3. Partus lama karena inersia uteri
4. Perdarahan post Jartum karena atonia uteri
5. Syok
6. Infeksi, baik intrapartum maupun postpartum
8. Anemia yang sangat berat adalah Hb dibawah 4 gr% terjadi payah jantung, yang bukan saja menyulitkan kehamilan dan persalinan, bahkan bisa fatal
c. Pengaruh Anemia Terhadap Hasil Konsepsi :
Hasil konsepsi (janin, placenta, darah) membutuhkan zat besi dalam jumlah untuk pembuatan butir-butir darah merah besar dan pertumbuhannya, yaitu sebanyak berat besi. Jumlah ini merupakan 1/10 dari seluruh besi dalam tubuh. Terjadinya anemia dalam kehamilan bergantung dari jumlah persediaan zat besi dalam hati, limpa, dan sum-sum tulang.  Selama masih mempunyai cukup persediaan zat besi, Hb tidak akan turun dan bila persediaan ini habis, Hb akan turun. Ini terjadi pada bulan ke 5-6 kehamilan, pada waktu janin membutuhkan zat besi. Bila terjadi anemia, pengaruhnya terhadap konsepsi ádalah :
1.Kematian mudigah (Keguguran)
2. IUFD
3. Prematuritas
4. Kematian janin waktu lahir (stillbirth)
5. Dapat terjadi cacat-bawaan
d. Klasifikasi Anemia Dalam Kehamilan
1. Anemia defisiensi besi (62,3%)
Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai adalah anemia akibat kekurangan besi. Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurangnya masukan unsur besi dalam makanan karena gangguan resorpsi, gangguan penggunaan atau karena terlampau banyaknya besi keluar dari badan, misalnya karena perdarahan. Kebutuhan zat besi bertambah dalam kehamilan, terutama dalam trimester terakhir. Apabila masuknya zat besi tidak ditambah, maka akan mudah terjadi anemia defisiensi besi, lebih-lebih pada kehamilan kembar
Pencegahan :
Didaerah-daerah dengan frekuensi kehamilan yang tinggi sebaiknya wanita hamil diberi sulfasferosus cukup 1 tablet sehari. Selain itu wanita dinasehatkan pula untuk makan lebih banyak protein dan sayur –sayur yang banyak mengandung mineral dan vitamin
2. Anemia megaloblastik (29,0%)
Biasanya berbentuk makrositik atau pernisiosa. Terjadi akibat kekurangan asam folat, jarang sekali akibat karena kekurangan Vitamin B12. Biasanya karena malnutrisi dan infeksi yang kronik.
Penanganan :
         Pemberian asam folat, biasanya bersamaan dengan pemberian Sulfas ferosus
         Diet makanan yang bergizi (tinggi kalori dan protein)
Ditemukan pada wanita yang tidak mengkonsumsi sayuran segar atau kandungan protein tinggi



3. Anemia hipoplastik (8,0%)
Disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel-sel darah merah baru. Untuk diagnosis diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan darah tepi lengkap, pemeriksaan pungsi sternal, pemeriksaan retikulosit, dan lain-lain.
Terapi dengan obat-obatan tidak memuaskan, mungkin pengobatan yang paling baik yaitu tranfusi darah, yang perlu sering diulang.
4. Anemia hemolitik (sel sickle) (0,7%)
Disebabkan penghancuran / pemecahan sel darah merah yang langsung  cepat dari pembuatannya. Misalnya disebabkan karena malaria, racun ular.
Wanita dengan anemia hemolitik sukar menjadi hamil. Apabila ia hamil maka anemianya biasanya menjadi lebih berat. Sebaliknya mungkin pula bahwa kehamilan menyebabkan krisis hemolitik pada wanita yang sebelumnya tidak menderita anemia.
Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital.
Pengobatan bergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya, bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obatan penambah darah. Namun, pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini memberi hasil. Maka darah berulang dapat membantu penderita ini.





DAFTAR PUSTAKA
1.      Jamie Alison Edelstein; James Li, Mark A Silverberg, Wyatt Decker. "Hypothermia ", (Medscape), 29 Oktober 2009. Diakses pada 14 Juni 2012.
2.      James S. Seidel, Deborah P. Henderson (1996). Prehospital care of pediatric emergencies. Jones and Bartlett. 978-0867205053.Page.136-137.
3.      Kliegman, Robert M. (2007). Nelson Textbook of Pediatrics. Saunders Elsevier.. ISBN: 978-0-8089-2365-7.
4.      Hypothermia . Diakses pada 3 Agustus 2012.
5.      wilderness Hypothermia . Diakses pada 3 Agustus 2012.
6.      Hypothermia” . Diakses pada 3 Agustus 2012.












SOAL DENGAN BENTUK KASUS
1.      Ny.Rika memeriksakan balitanya kedokter, usia anak tersebut 8 bulan. Balita ini mengalami kejang. Dokter mengatakan kejang ini akan terjadi sampai usia anak tersebut 2 – 3 tahun pertama insidennya terus menerus sampai mencapai usia 6 – 8 tahun dan sesudah itu kejang menjadi jarang. Secara umum kejang yang dialami anak termasuk kedalam bagian ?
a.       Konvulusi akut
b.      Konvulusi kronik
c.       Kejang partial local
d.      Kejang mioklonik infantil
e.       Kejang noktural
2.      Andri adalah seorang balita yang mengalami kehilangan kesadaran sementara, berputarnya bola mata keatas, gerakan alis mata, kepala mengangguk – angguk, kepala sedikit gemetar pada otot – otot badan dan anggota tubuh. Menurut orang tuanya ini hamper setiap hari terjadi.Dengan ciri – ciri tersebut, Andri mengalami kejang kronik ( rekuen ), didalam bagian….?
a.       Epilepsy idiopatik
b.      Epilepsy tonik klonik
c.       Epilepsy ( absenses ) petit mal
d.      Epilepsy psikomotorik
e.       Kejang mioklonik infantile
3.      Pada kasus diatas, sebagai bidan anti kejang apa yang harus diberikan?
a.       Diazepam secara IV
b.      Fenobarbital secara IM
c.       Asammefenamat secara oral
d.      Diazepam secara IM
e.       Fenobarbital secara IM
4.      Ny. Rara memeriksakan bayinya kebidan yang mengalami kedinginan sehingga menggigil. Setelah diperiksakan suhu tubuh anak tersebut 32,5 ºc. Dengan suhu tersebut anak ny. Rara mengalami…?
a.       Hipertemia
b.      Hipotemia
c.       Hipoglikemia
d.      Hiperglikemia
e.       Tetanus neonatorium
5.      Pada kasus di atas sebagai bidan PTL apa yang di berikan
a.       Memandikan bayi tersebut
b.      Membuka semua pakaian bayi tersebut
c.       Meletakkan di tempat yang bebas
d.      Mendekap bayi, member Asi dan mempertahankan kehangatan BBL
e.       Member pengobatan secara oral
6.      Ny Devi memeriksakan bayinya kebidan yang mengalami demam tinggi setelah di periksa suhu tubuh bayi tersebut 39ºC. bayi ny Devi mengalami?
a.       Hiperglikemia
b.      Hipoglikemia
c.       Tetanus neonatorium
d.      Hiportemia
e.       Hipertermia

7.      Pada kasus di atas sebagai bidan PTL apa yang di berikan
a.       Jauhkan anak dari sumber panas dan dinginkan di udara ruangan dan segera berikan obat
b.      Mendekap bayi
c.       Memberikan asi
d.      Memberikan pengobatan secara oral
e.       Memandikan bayi tersebut
8.      Nye ka baru saja partus di RSU bayi ny eka mengalami hipotermia yang di alami bayi ny eka tersebut termasuk kehamilan hipotermia?
a.       Berat
b.      Sedang
c.       Ringan
d.      Sangat berat
e.       Semua jawaban salah
9.      Seorang bayi laki-laki yang baru saja di lahirkan oleh Ny devi mengalami kejang, wajah siamosis dan demam tinggi. Kemudian dokter memeriksa kadar glukosa bayi tersebut. Glukosa bayi Ny devi 50 mg /dl. Bayi devi mengalami
a.       Hiperglikemia
b.      Hipoglikemia
c.       Hipertermia
d.      Hipotermia
e.       Tetanus neonatorium
10.  Pada kasus di atas pengobatan apa yang harus di berikan?
a.       Berikan diazevam secara iv
b.      Pasang infuse dengan cairan RL
c.       Berikan fenobarbital
d.      Pasang infus dengancairan RL dan pengobatan secara iv
e.       Pasang infus dengan cairan dextrose 5% dan berikan pengobatan secara iv
11.  Setelah 3 hari kelahiran bayi Ny ira, tiba-tiba mengalami panas meningkat, tidak mau minum, mulut mencucut seperti mulut ikan, dinding abdomen kamu, mengeras dan kadang-kadang terjadi kejang  dengan ciri-ciri yang di alami bayi ny ira. Apakah penyakit yang di alami nya?
a.       Tetanus neonatorium
b.      Kejang
c.       Hipetermia
d.      Hipoglikemia
e.       Hiperglikemia
12.  Pada penyakit di atas PTL apa yang kita lakukan?
a.       Beri anti kejang (valium)
b.      Beri obat golongan benzodiazevam
c.       Pasang infuse dengan cairan iv
d.      Lakukan rujukan kedokter anak
13.  Usia kehamilan ny riri 25 minggu primigravida
TD: 140/100 mmhg. Jika tidak ada penanganan khusus pad any riri, apa saja kemungkinan yang terjadi pada janin nya
a.       KJDK
b.      BBLR
c.       Prematur
d.      Jawaban A, B dan C benar
e.       Semua jawaban salah
14.  Usia kehamilan ny ita 32 minggu, multigravida
TD: 120/80 mmhg dan HB: 9 gr%
Ny ita mengalami anemia ringan, kemungkinan apa yang terjadi pada janin ny ita
a.       Keguguran
b.      Premature
c.       Partus lama
d.      Infeksi
e.       Semua jawaban benar
15.  Pada kasus di atas penanganan apa yang harus di berikan
a.       Pemberian FE makan sayur sayuran berwarna hijau tua & beri makanan hewani
b.      Istirahat
c.       Segera melakukan aborsi
d.      Pemberian lactase secara oral
e.       Semua jawaban benar

16.  Ibu datang membawa bayinya dengan keluhan gerakan gelisah,apatis,kejang,suara tangis yang lemah,lemah,sulitan makan merupakan gejala dari penyakit,,,,,?
a.       Hypolikemia
b.      Infeksi
c.       Hipotermi
d.      Kelainan bawaan
e.       Semua jawaban salah
17.  Pada penyakit tetanus neonatorum yang diderita oleh bayi baru lahir. Gejala dari penyakit tetanus neonatorum dapat diketahui dengan gejala sebagai berikut ?
a.       Sakit pada perut bayi
b.      Bayi tiba – tiba panas, tidak mau minum mulut mencucut seperti mulut ikan dan sering kejang
c.       Tiba – tiba bayi sensitive
d.      Pada kelamin bayi terdapat tonjolan
e.       Semua jawaban salah
18.  Ibu datang membawa anaknya dengan suhu > 37,5, RR > 60 X/ menit, selalu kehausan, mulut kering, kedinginan lemas tidak selera makan. Tanda dan gejala dari penyakit tersebut ialah?
a.       Hipertermi
b.      Hipotermia
c.       Asfiksia
d.      Hipoglikemia
e.       A dan b jawaban benar
19.  Ibu datang membawa anak dengan keluhan sulit menyusui, mulut mencucut seperti ikan, leher kaku dan spasme otot dan kejang umum. Penyakit ini merupakan?
a.       Hipoglikemia
b.      Tetanus neonatorum
c.       Kejang
d.      Asfiksia
e.       Hipotermia
20.  Ny. Rara memeriksakan bayinya kebidan yang mengalami kedinginan sehingga menggigil. Setelah diperiksakan suhu tubuh anak tersebut 32,5 ºc. Dengan suhu tersebut anak ny. Rara mengalami…?
a.       Hipertemia
b.      Hipotemia
c.       Hipoglikemia
d.      Hiperglikemia
e.       Tetanus neonatorium







JAWABAN
1.      A
2.      C
3.      A
4.      B
5.      D
6.      E
7.      A
8.      C
9.      B
10.  E
11.  A
12.  B
13.  D
14.  E
15.  A
16.  A
17.  B
18.  E
19.  B
20.  B


Tidak ada komentar:

Posting Komentar