MAKALAH
PEMBERIAN IMUNISASI PADA BAYI DAN BALITA
OLEH:
CHRISTIYEN SRIMELVA SARAGIH
NIM : 11.1444
NIM : 11.1444
DOSEN
PEMBIMBING: WASYEM AK.P SP.d
AKBID
PEMKO TEBING TINGGI
KONSEP DASAR IMUNISASI
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kesehatan sebagai salah satu unsur
kesejahteraan umum perlu diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945 melalui Pembangunan Nasional yang berkesinambungan
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat
dipengaruhi oleh tersedianya sumber daya manusia yang sehat, terampil dan ahli,
serta disusun dalam satu program kesehatan dengan perencanaan terpadu yang
didukung oleh data dan informasi epidemiologi yang valid.
Pembangunan bidang kesehatan di
Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden). Penyakit menular
masih merupakan masalah, sementara penyakit degeneratif juga muncul sebagai
masalah. Penyakit menular tidak mengenal batas wilayah administrasi, sehingga
menyulitkan pemberantasannya. Dengan tersedianya vaksin yang dapat mencegah
penyakit menular tertentu, maka tindakan pencegahan untuk mencegah berpindahnya
penyakit dari satu daerah atau negara ke negara lain dapat dilakukan dalam
waktu relatif singkat dan dengan hasil yang efektif.
Dengan upaya imunisasi terbukti
bahwa penyakit cacar telah terbasmi dan Indonesia dinyatakan bebas dari
penyakit cacar sejak tahun 1974. Mulai tahun 1977, upaya imunisasi diperluas
menjadi Program Pengembangan Imunisasi dalam rangka pencegahan penularan
terhadap Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yaitu,
tuberculosis, difteri, pertusis, campak, polio, tetanus serta hepatitis B.
Walaupun PD3I sudah dapat
ditekan, cakupan imunisasi harus dipertahankan tinggi dan merata. Kegagalan
untuk menjaga tingkat perlindungan yang tinggi dan merata dapat menimbulkan
letusan (KLB) PD3I. Untuk itu, upaya imunisasi perlu disertai dengan upaya
surveilans epidemiologi agar setiap peningkatan kasus penyakit atau terjadinya
KLB dapat terdeteksi dan segera diatasi. Dalam PP Nomor 25 Tahun 2000
kewenangan surveilans epidemiologi, termasuk penanggulangan KLB merupakan
kewenangan bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah provinsi. Selama
beberapa tahun terakhir ini, kekawatiran akan kembalinya beberapa penyakit
menular dan timbulnya penyakit-penyakit menular baru kian meningkat.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi membawa program imunisasi kedalam penyelenggaraan yang bermutu dan
efisien. Upaya tersebut didukung dengan kemajuan yang pesat dalam bidang
penemuan vaksin baru (Rotavirus, Japanese encephalitis, dan lain-lain).
Beberapa jenis vaksin dapat digabung sebagai vaksin kombinasi yang terbukti
dapat meningkatkan cakupan imunisasi, mengurangi jumlah suntikan dan kontak
dengan petugas imunisasi.
Dari uraian diatas jelaslah bahwa
upaya imunisasi perlu terus ditingkatkan untuk mencapai tingkat population
imunity (kekebalan masyarakat) yang tinggi sehingga dapat memutuskan rantai
penularan PD3I. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan
dan tehnologi, upaya imunisasi dapat semakin efektif dan efisien dengan harapan
dapat memberikan sumbangan yang nyata bagi kesejahteraan anak, ibu serta
masyarakat lainnya.
SEJARAH IMUNISASI
Imunisasi di Indonesia secara teratur dimulai sejak th
1956
Tahun 1974 WHO menyatakan Indonesia bebas cacar
Tahun 1978 seluruh dunia dinyatakan bebas cacar
1977 WHO memulai pelaksanaan program imunisasi sebagai
upaya global secara resmi disebut “ Expanded Program on Immunization (EPI) yg
dikenal di Indonesia PPI (Program Pengembangan Imunisasi )
w Pada tahun 1977 PPI di Indonesia secara resmi dimulai
di 55 Pkm
w Pada tahun 1981 imunisasi polio baru masuk EPI / PPI
w Pada tahun 1982 imunisasi Campak baru masuk EPI/ PPI
w Sejak tahun 1982 Program imunisasi di Ind mencakup 6
jenis antigen ( TBC, Polio, Difteri, Pertusis, Tetanus, Campak)
w Sejak tahun 1997 program imunisasi mencakup 7 jenis
antigen yaitu ditambah dg hepatitis B
v Defenisi
Imunisasi berasl dari kata imun,kebal
atau resisiten.Anak di iminisasi berarti di berikan kekebalan terhadap suatu
penyakit tertentu.Anak kebal atau resisiten terhadap suatu penyakit,tetapi
belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain.
(Notoadinojo,1997:37)
(Notoadinojo,1997:37)
Kata imun berasal dari kata
latin(imunitas)Romawi selama masa jabatan mereka terhadap kewajiban sebagai
warganegara biasa dan terhadap dakwaan.Dalam sejarah istilah ini kemudian
berkembang sehingga pengertiannya berubah menjadi perlindungan terhadap
penyakit menular(THEOPHILVS,2000,meni dan madrona,2001)
Indonesia telah melaksanakan
pengembangan program iminisasi(PPI)sejak tahun 1977, yang bertujuan antara lain
·
Eradikasi Polro(Erapo)
·
Eliminasi tetanus neonatal(ETN)dan
maternal
·
Reduksi campak,dll.
Pekan iminisasi nasional telah dilaksanakan
Indonesia dan berlangsung dengan baik,merupakan pekan di mana setiap anak
balita umur 0-59 bulan yang tinggal di Indonesia pada saat tersebut mendapat 2
tetes faksin polio/oral tanpa melihat setatus imunisasi dan kewarganegaraanya
.Vaksin Polio di berikan 2 kali dengan selang waktu sekitar 4 minggu yang telah
dilakukan berturut-turut pada tahun 1995,1996,1997,dan 2002.
v Tujuan umum
a. Tujuan/manfaat
imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan
menghilangkan penyakit tertentu di dunia.
b. Untuk
melindungi dan mencegah penyakit-penyakit menular yang sangat berbahaya bagi
bayi dan anak.
c. Diharapkan
anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbinitas
dan mortalitas serta dapat menggurangi kecacatan akibat penyakit.
d. Untuk
menurunkan morbiditas,mortalitas dan cacat serta bila munggkin di dapat
eradikasi suatu penyakit dari suatu daerah atau negeri.
v Tujuan Khusus
Untuk mengurangi anggka penderita suatu
penyakit yang sangat membahayakan bagi kesehatan bahkan bisa menyebabkan
kematian,penyakit yang dapat dihindari
yaitu:campak,polio,dipteri,tetanus,batuk,rejan-hepatitis B,gondongan,cacar
air,TBC,dll.
v Sasaran
Program
imunisasi di Indonesia mewrupakan program unggulan untuk mencegah anggka
kematian pada bayi,anak bawah 3 tahun,bawah 5 tahun,program ini akan mencakub
berapa jenis imunisasi,sementara sasaran dari program itu sendiri antara
lain mencakup:bayi dibawah umur 1
tahun(0-11 bulan),ibu hamil(awal kehamilan 8 bulan ).Wanita usia subur(calon
mempelai wanita),anak sekolah dasar(kelas I-VI).
v Indikasi
w Bayi dan anak balita, anak sekolah, remaja
w Orang tua, manula
w Top management / Executive perusahaan
w Calon jemaah haji/umroh
w Orang yang akan bepergian ke luar negeri
v Jenis kekebalan
Kekebalan terhadap suatu penyakit
menular dapat di golongkan menjadi 2,yakni:
1) Kekebalan
tidak spesifik(non spesifik resistence).
Artinya pertahanan tubuh pada manusia
yang secara alamia dapat melindungi badan dari suatu penyakit.Misalnya kulit
air mata,cairan-cairan khusus yang keluar dari perut(Usus),adanya
refleks-refleks tertentu,biasnya batuk,bersin dsb.
2) Kekebalan
spesifik(spesific resisitence),dapat di peroleh oleh 2 sumber,yakni:
Genetik,kekebalan yang berasal dari
sumber genetik ini buasanya berhubungan denagn ras(warna kulit dan
kelompok-kelompok etnis,misalnya orang kulit hitam(NEGRO)cenderung lebih
resisten terhadap penyakit malaria jenis vivak.Contoh lain,orang yang mempunyai
Hb 5 resisiten terhadap penyakit plasmodium flaciparum dari pada orang yang
mempunyai Hb AA.
3) Kekebalan
yang di peroleh(Acquird Imuniti).
Kekebalan ini di peroleh dari luar tubuh
anak atau orang yang bersangkutan.Kekebalan dapa bersifat aktif dan dapat
bersifat pasif.Kekebalan aktif dapat di peroleh setelah orang sembuh dari
penyait tertentu.Misalya anak yang telah sembuh dari penyakitnya campak ia akan
kebal terhadap penyakit-penyakit campak.
4) Kekebalan
masyarakat(Heart imuniti)kekebalan yang terjadi pada tinggkat komunitas di
sebut herat iminiti.Apabila heart imuniti di masyarakat rendah,masyarakat akan
mudah terjadi wabah.Sebaiknya apabila heart iminiti tinggi maka wabah jarang
terjadi pada masyarakat tersebut.
v Faktor-faktor yang mempengaruhi
kekebalan
Banyak
faktor yang mempengaruhi kekebalan antara lain umur,seks,kehamilasn,gizi dan
trauma.
Ø Umur
Untuk beberapa penyakit tersebut pada
bayi(anak balita)dan orang tua dan mudah terserang dengan lain orang pada usia sangat mudah terserang.Dengan kata lain
pada usia sangat mudah atau usia tua lebih rentan,kurang kebal terhadap
penyakit-penyakit menular tertentu.
Hal ini mungkin disebabkan karena kedua
kelompok umur tersebut daya tahan tubuhnya rendah.
1. Seks
Untuk penyalit-penyakit menullar
tertentu seperti polio dan bifeleria lebih parah terjadi pada wanita dari pada
peria.
2. Kehamilan
Wanita sedang hamil pada umumnya lebih
rentan terhadap penyaki-penyakit menular tertentu misalnya penyakit
polio,friemonia,malaria,serta amubiasis.Sebaikya untuk penyakit tipoit dan
menginitis jarasng terjadi pada wanita hamil.
3. Gizi
Gizi yang baik pada umumnya akan
meningkatkan resistensi tubuh terhadap penyakit-penyait infeksi tetapi
sebaiknya kjekurangan gizi berakibat kerentananterhadap penyakit infeksi.
4. Tauma.
Stres salah satu bentuk trauma adalah
merupakan penyebab kerentanan seseorang terhadap suatu penyakit infeksi
tertentu.
5. Masa
inkubasi
Yakni jarak waktu dari mulai terjadinya
infeksi didalam diri orang sampai dengan munculnya gejala-gejala atau
tanda-tanda penyakit pada orang tersebut.
Tiap-tiap penyakit infeksi mempuyai masa
inkubasi berbeda-beda,mulai dari beberapa jam sampai beberapa tahun.
v Macam-Macam Imunisasi
Imunisasi
atau kekebalan asal misalnya dibagi dalam 2[dua] hal yaiyu aktif dan pasif.
Aktif
adalah bila tubuh anak ikut menyelenggarakan terbentuknya imunitas,sedangkan
pasif adalah tiba tubuh anak tidak berkerja membentuk kekebalan,tetapi hanya
menerimanya saja.
Imunisasi
terbagi dua macam,yaitu imunisasi aktif dan pasif
A.
Imunisasi Aktif
Pemberian
kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan denagn tujuan
untukmerangsang tubuh memperoduksi anti bodi sendiri.
Contoh:Imunisasi
polio atau campak
Imunisasi
aktif ini dilakukan dengan paksin yang
mengadung:
§ kuman-kuman
mati (misalnya :vaksin cholera-thypoid/typus abdominalis-paratypus ABC,vaksin
pertusis batuk rejan)
§ Kuman-kuman
hidup diperlemah (misalnya:vaksin BCG terhadap tuberclosis)
§ Virus-virus
hidup diperlemah(miasalnya bibit cacar,vaksin poliomyelitis)
§ Toxoid(=toksin=racun
dari pada kuman yang dinetrilisasi=toxoid diferi,toxoid tetanus)
Vaksin
diberikan dengan cara disuntikan atau peroral melalui mulut.Terhadap vaksin
tersebut,maka tubuh membuat zat-zat terhadap penyakit bersangkutan (oleh karna
itu dinamakan imunisasi aktif),oleh zat-zat dapat di ukur denagan pemeriksaan
darah,oleh karna itu imun (kebal)tehadap penyakit tertentu.
Dalam
imunisasi aktif ini terdapat 4 macam kandungan terdapatterdapat setiap
vaksinnya antara lain:
o
Antigen merupakan bagian dari vaksin yanrbagaig
berfungsi sebagai zat atau mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan
o
pelarut dapat berupa air steril atau
berupa cairan kultur jaringan
o
Preservatif,stbilizer dan antibiotika
untuk menghindari tumbuhnya mikroba dan sekaligus untuk stabilisasi antigen
o
Adjuvan yang terdiri dari garam almunium
untuk meningkatkan imunogenitas antigen.
Keperluan
imunisasi aktif antara lain:
o
Vaksin BCG(Basilus Celmette-Guerin untuk
tubercolosis)
o
Vaksin DPT
o
Vaksin poliomielitis
o
Vaksin Campak
o
Vaksin Typa
o
Toxoid tetanus
o
Dll
Namun,pemerintah tidak
mewajibkan berbagai jenis imunisasi
tersebut harus dilakukan semua.Hanya 5(lima) jenis imunisasi pada anak dibawah
5 tahun yang harus di lakukan:
o
BCG
o
DPT
o
Polio
o
Campak
o
Hepatitis B
B.Imunisasi Aktif
Ø Imunisasi
aktif adalah zat anti yang didapat dari luar tubuh,misalnya dengan suntikan
bahan atau serum yang mengandung zat anti atau zay anti yang terdapat dari
ibunya selama dalam kandungan.Kekebalan diperoleh dengan imunisasi pasif tidak
bertahan lama.
Ø Imunisasi
pasif adalah penyuntikan sejumlah antibodi ,sehingga kadar antibodi dalam tubuh
meningkat.
Imunisasi
pasif terdiri dari dua macam yaitu
Ø Imunisasi pasif bawaan
Merupakan
imunisasi pasif dimana zat antinya berasal dari ibunya selama dalam
kandungan.Misalnya terdapat pada neonatus(BBL) samapai bayi berumur 5
bulan.Neonatus mendapatkan imunitas sewaktu dalam kandungan yang berupa zatb
antibodi yang melalui jalan darah membus plasenta.
Ø Imunisasi
Pasif
Zat
antinya didapat dari tubuh,misalnya dengan suntik bahan atau serum yang
mengandung zat anti.Serum anti tetanus ini biasanya dibuat dari darah seekor kuda
yang lebih dulu di imunisasi terhadap tetanus.Imunisasi aktif melindungi anak
2-3 minggu.
v Jenis-Jenis Imunisasi
1.Imunisasi
Dasar
Adalah
imunisasi pertama yang perlu diberikan pada semua orang,terutama bayi dan anak
sejak lahir untuk melindungi tubuhnya
dari penyakit-penyakit yang berbahaya.
Lima
jenis imunisasi dasr yang wajib diperoleh bayi sebelum usia setahun:
o
Imunusasi BCG yang dilakukan 1xpada bayi
usia 0-11 bulan
o
Imunisasi DPT yang dilakukan 3x pada
bayi usia 2-11 bulan dengan interval minimal 4minggu
o
Imunisasi Polio yang dilakukan 4x pada
bayi 0-11 bulan dengan inerval minimal 4minggu
o
Imunisasi campak yang dilakukan 1x pada
bya usia 9-11bulan
o
Imunisasi hepatitis B yang diberikan 3x
pada bayi usia 1-11bulan denagan interval 4minggu
Imunisasi yang diwajibkan dan Booster
Vaksinasi
|
Jadwal
pemberian-usia
|
Booster/Ulangan
|
Imunisasi untuk
melawan
|
BCG
|
Waktu lahir
|
--
|
Tuberkulosis
|
Hepatitis B
|
Waktulahir-dosis I
1bulan-dosis 2
6bulan-dosis 3
|
1 tahun-- pada bayi yang lahir dari ibu dengan hep B.
|
Hepatitis B
|
DPT dan Polio
|
3 bulan-dosis1
4 bulan-dosis2
5 bulan-dosis3
|
18bulan-booster1
6tahun-booster 2
12tahun-booster3
|
Dipteria, pertusis, tetanus, dan polio
|
Campak
|
9 bulan
|
--
|
Campak
|
Imunisasi Wajib
v Imunisai
BCG
Adalah
imunisasi BCG yang diberikan untuk
menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit tubercolosis (TBC) yaitu penyakit
paru-paru yang sangat menular.
Ø Pemberian
Imunisasi
Frekuensi
pemberian imunisasi BCG adalah satu kalidan tak perlu diulang(Booster) sebab
vaksin BCG berisi kuman hidup sehingga anti bodi yg dihasilkan tinggi terus.
Ø Usia
pemberian Imunisasi
Sedini
mungkin atau secepatnya,tetapi pada umumnya dibawah dua bulan,disarankan
dilakukan tes Mantoux(tuberkulin),terlebih dahulu untuk mengetahui apakah bayi
sudah kemasukkan mycobacterium tubercolosis atau belum.Vaksinasi dilakukan
hasil tesnya (-) jika penderita yang tinggal serumah atau sering bertandang
kerumah,segera setelah lahir bayi di imunisasi BCG.
Ø Cara
pemberian imunisasi
Cara
pemberian imunisasi BCG adalah melalui intradermal dengan lokasi penyuntikan
pada lengan kanan atas (sesuai anjuran WHO)atau penyuntikan pada paha.
Ø Tanda
kebersihan
Timbul
Indurasi (benjolan)kecil dan eritema (merah) didaerah bekas suntikan setelah satu
atau dua minggu kemudian,yang berubah menjadi pustula,kemudian pecah menjadi
ulkus (luka).Tidak menimbulkan nyeri dan tidak di iringi panas (demam).Luka ini
sembuh sendiri dan meninggalkan parut .Jika benjolan tidak timbul,hal ini tidak
perlu di khawatirkan.Karena kemunkinan cara penyuntikan yang salah dan antibodi
akan tetap terbentuk.
Ø Efek
sampaing Imunisasi
Umumnya
tidak ada namun,beberapa anak timbul pembengkakan kelenjar getah beninng di
ketiak atau leher bagian bawah (diselangkakangan bila penyuntikan dilakukan di
paha) biasanya akan timbul sendiri.
Ø Kontra
indikasi
Imunisasi
BCG tidak dapat diberikan pada anak yang berpenyakit TB atau menunjukkan uji
Mantoux posif atau pada anak yang mempunyai penyakit kulit yang berat/menahun.
Ø KEMASAN
- Khusus bayi £ 1 tahun ampul vaksin disertai 4 cc pelarut (Na Cl
0,9%)
Catatan:
Vaksin yang
sudah dilarutkan hrs dipakai dlm waktu 3 jam dan hrs selalu di suhu 2 – 8 0C,
bila ada sissanya jgn dipakai lagi.
Gambar vaksin BCG
Gambar parut imunisasi BCG
v Imunisasi
DPT
Ø Def:Imunisasi
yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit diferi,pertusis dan tetanus.
·
Penyakit diferi :radang tenggorokkan
yang berbahaya karena menimbulkan tenggorokkan tersumbat dan kerusakkan jantung
yang menyebabkan kematian dalam beberapa hari saja.
·
Penyakit pertusis :yaitu radang paru
(pernafasan) ,yang disebut juga batuk rejan atau batuk 100 hari karena
penyakitnya bisa mencapai 100 hari atau 3 bulan lebih gejala penyakit ini
sangat khas,yaitu batuk yang bertahap,panjang dan lama disertai bunyi “whoop”
atau berbunyi dan diakhiri dengan muntah,mata dapat bengkak atau penderita
dapat meninggal karena bernafas.
·
Penyakit tetanus :Penyakit kejang otot
seluruh tubuh dengan mulut terkunci/terkencing hingga mulut tidak bisa dibuka
atau membuka.
Ø Penberian:yaitu
3x (pling sering dilakukan) yaitu pada usia 2 bulan,4 bulan dan 6 bulan.Namun
bisa juga ditambahkan 2 kali lagi yaitu 1 kali di usia 18 bulan dan 1 kali di
usia 12 tahun diberikan imunisasi TT
Ø Cara
pemberian imunisasi
Cara
pemberian imunisasi melalui IM
Ø Efek
samping imunasasi
Biasanya,hanya
gejala-gejala ringan seperti demam (sumeng)saja dan rewel selama 1-2
hari,kemerahan,pembengkakan,agak nyari atau pegal-pegal pada tempat suntikan
,yang akan hilang sendiri dalam beberapa hari atau bila masi demam dapat
diberikan obat penurun panas bayi atau bisa juga dengan memberikan minum cairan
yang lebih banyak dan tidak memakai pakaian yang terlalu banyak.
Ø Kontra
Indikasi Imunisasi
Imunisasi
DPT tidak dapat di berikan pada anank-anak yang mempunyai penyakit atau
kelainan saraf baik bersifat keturunan atau bukan seperti epilepsy.Menderita
kelainan saraf yang betul-betul berat atau habis dirawat karena infeksi
otak,anak-anak yang sedang demam/sakit keras yang mudah mendapat kejang dan
mempunyai sifat elergi,seperti eksim atau asma.
Ø PENYIMPANAN
(pada suhu 2 –
8 0C)
Ø DALUWARSA ( 2 tahun)
Ø DOSIS & CARA
- Imunisasi dasar 0,5 cc diberikan 3 kali /
IM dgn interval waktu 4 – 6 minggu
- Booster 12 bulan kemudian 0,5 cc/IM
Gambar vaksin DPT
v Imunisasi
Polio
Def:Imunisasi
yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit Poliomelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak .(kandunagan
vaksin polio adalah virus yang dilemahkan)
Ø Pemberian
Bisa
lebih dari jadwal yang ditentukan ,mengingat adanya imunisasi polio Masal atau
PiN.Tetapi jumlah dosis yang berlebihan tidak ada istilah overdosis dalam
imunisasi.
Ø Usia
Pemberian
Waktu
pemberian polio adalah umur bayi 0-11 bulan atau saat lahir (0 bulan),dan
berikutnya pafda usia 2 bulan,bayi 4 bulan dan 6 bulan kecuali saat lahir
,pemberian vaksin polio selalu dibarengi dengan vaksin DPT.
Ø Cara
Pemberian
Caranya
melalui oral/mulut(oral polio Myliitis Vaccine/Opv)Diluar negeri cara pemberian
imunisasi polio ada melalui suntikan.
Ø Efek
Samping
Hamper
tidak ada efek samping hanya sebagian kecil saja yang mengalami pusing,diare
ringan dan sakit otot.Kasusnya pun sangat jarang.
Ø Kontra
Indikasi
Sebaiknya
pada anak dengan diare berat atau sedang sakit parah,seperti demam
tinggi(diatas 80 c)ditangguhkan.Pada anak yang menderita penyakit gangguan
kekebalan tidak diberikan imunisasi polio.Demikian juga penyakit
HIV/AIDS,penyakit kanker atau keganasan sedang menjalani pengobatan steroid dan
pengobatan radiasi umum,untuk tidak diberikan imunisasi polio.
Ø KEMASAN
Vial berisi 1 CC (10 dosis) dan 2 cc ( 20
dosis)
Ø DALUWARSA
- tgntg dari
penyimpanan, disimpan di – 20 oC tahan sampai 2 tahun, suhu 2 – 8 0C
tahan spi 6 bulan
Ø DOSIS & CARA
- Satu dosis
2 tts (0,1 cc) utk imunisasi dasar diberikan 3- 4 kali /dosis dg masa 4 – 6 mg
, imunisasi ulangan 1 & 3 th kemudian 1 dosis
Gambar
vaksin polio
Cara
pemberian polio
v Imunisasi
Campak
Def:Imunisasi
yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit campak
(morbili/measles).(kandunagan vaksin campak ini adalah virus yang dilemahkan).
Ø Pemberian
Imunisasi
Frekuensi
pemberian imunisasi campak adalah 1kali
Ø Usia
Peberian Imunisasi
Imunisasi
campak diberikan 1kali pada usia 9bulan dianjurkan pemberiannya sesuai
jadwal.Selain karena antibody dari ibu sudah menurun diusia bayi 9
bulan,penyakit campak pada umumnya menyerang pada anak usia balita jika sampai
usia 12 bulan anak belum mendapatkan imunisasi campak,maka pada usia 9 bulan
ini anak harus imunisasi MMR (Measles Mumps Rubella).
Ø Cara
pemberian
Melalui
subkutan
Ø Efek
Samping
Biasa
tidak terjadi reaksi akibat imunisasi.Mungkin terjadi demam ringan dan terdapat
efek kemerahaan/bercak merah pada pipi bawah telinga pada hari ke 7-8 hari
setelah penyuntikan.Kemungkinan juga terdapat pembengkakan pada tempat
penyuntikan.
Ø Kontra
indikasi
o
Dengan penyakit akut yang disertai demam
o
Dengan penyakit gangguan kekebalan
o
Dengan penyakit kekebalan
o
Denagan penyakit TBC tanpa kekebalan
o
Denagan kekurangan gizi berat
o
Dengan penyakit keganasan
o
Dengan kerentahan tinggi terhadap
protein telur,kenamisin dan eritromisin(antibiotik)
Ø PENYIMPANAN (Dlm lemari es 2 – 8 0C lebih
baik di suhu - 200C vaksin
harus dihindari dari sinar matahari
Ø DALUWARSA ( 2
tahun)
Ø DOSIS DAN CARA (diberikan pada anak mulai umur 9 bulan
dg dosis 0,5 cc / SC setelah dilarutkan, Pada keadaan wabah imunisasi dapat
diberikan mulai umur 6 bulan dan diulang 6 bln kemudian dg dosis 0,5 cc/S
Ø REAKSI SAMPING
Diare, Ruam, Konjungtivitis, walaupun jarang
mungkin timbul kejang demam, ensefalitis,
Ø KONTRA INDIKASI
-Infeksi
akut yg disertai demam
-Defisiensi imunologi
-Mdpt pengobatan intensif yg bersifat imunosupresif
Ø KEMASAN
(berisi 10 dosis dg pelarut 5 ml)
Gambar vaksin campak
Cara penyuntikan imunisasi campak
v Hepatitis
B
Ø SUSUNAN
Setiap I ml
mgd Hept B antigen (HBsAg) DNA rekombinan 10,0mcg, Alumunium Hidroksida gel 0,5
mcg, thiomersal/pengawet 0,01%, lar natrium Klorida isotonik 1 ml
Ø DOSIS & CARA
Imunisasi
dasar Bln ke 0, 1 dan 6 atau 0,1 dan 2
dosis 0,5 ml (0-10 thn) dan 1 ml( > 10 thn) jarak HB 2 ke 3 minimal 1 bulan.
Penyuntikan I M
Imunisasi
ulangan : setiap tahun .
Ø Kontra
indikasi
Secara
umum (berlaku untuk semua vaksin):
alergi
terhadap vaksin (setelah vaksinasi
pertama timbul reaksi alergi, bahkan sampai syok),
alergi
terhadap zat lain yang terdapat di dalam
vaksin (antibiotika yang terdapat di dalamvaksin, pengawet , dll),
sakit
sedang atau berat, dengan atau tanpa demam (sakit akut ringan dengan atau tanpa
demam bukan indikasi kontra imunisasi)
Gambar
Vaksin hepatitis B
Jadwal Pemberian Imunisasi
Wajib
|
|
UMUR
|
VAKSIN
|
1 bulan
|
Hepatitis B-1, BCG, OPV-1 (oral polio vaccine)
|
2 bulan
|
Hepatitis B-2, DPT-1, OPV-2
|
3 bulan
|
DPT-2, OPV-3
|
4 bulan
|
DPT-3, OPV-4
|
7 bulan
|
Hepatitis B-3
|
> 6 bulan
|
Campak
|
Imunisasi yang
dianjurkan:
Vaksinasi
|
Jadwal
pemberian-usia
|
Booster/Ulangan
|
Imunisasi
untuk melawan
|
MMR
|
1-2 tahun
|
12 tahun
|
Measles, meningitis, rubella
|
Hib
|
3bulan-dosis 1
4bulan-dosis 2
5bulan-dosis 3
|
18 bulan
|
Hemophilus influenza tipe B
|
Hepatitis A
|
12-18bulan
|
--
|
Hepatitis A
|
Cacar air
|
12-18bulan
|
--
|
Cacar air
|
Imunisasi
Anjuran
v MMR
a.
Iminisasi
MMR(Measles,mamps,rubela)
Imunisasi MMR adalah imunisasi yang
diberikan untuk mencegah terjadinya penyakit campak(measles).Parotis
epidemika(mups,gondongan),campak jerman(rubella)
1) Penyakit campak
Campak
adalah penyakit virus akut yang di sebabkan oleh virus campak,yang penyebaran infveksinya
terjadi dengan perantara droplet,dengan masa inkubasi 10-14 hari di tandai
denganruam campak,demam,batuk
2) Parotis epidemika(mumps,gondongan)
Penyakit
yang di sebabkan oleh infeksi para myxo virus dan penyebaranya terjadi melalui
doplet,dengan masa inkubasi 12-25 hari dengan gejala tidak khas seperti
anoreksia dan mielgia,malaise,nyeri kepala,dan demam ringan ,yang kemudian
timbul pembengkakan kelenjar parotis unilateral atau bilateral penyakit ini
gterutama terjadi pada anka usia anak 5-9 tahun.
3) Rubela(campak jerman)
Suatu
penyakit infeksi melalui udara droplet,dengan gejala klinis yang mencolok
adalah timbulnya nam makulopapular bersifat sementara,limpahdenofatih semantara
di sertai artoritis dan arthralgia
- Virus campak Schwarz hidup yang dilemahkan dalam embrio ayam
- Virus gondong Urabe dibiak dalam telur ayam
- Virus rubela Wistar dibiak pada sel deploid manusia
- Penyuntikan dilakukan secara subcutan atau intramuscular
- Direkomendasikan pada usia 12-18 bulan
- Serokonversi pada >95% kasus
- Kontraindikasi : imunodepresi, hamil, pasca imunoglobulin, transfusi darah (tunda 6-12 minggu).
- Tetap diberikan pada anak yang pernah campak, gondongan ataupun rubella
- Tidak ada bukti sahih berkaitan dengan autisme
Ø Diberikan umur 15-18 bulan’
Dosis satu kali 0,5 ml sub cutan
Diberikan minimal 1 bln sebelum atau setelah imunisasi
lain
Jika anak tlh mendapatkan imunisasi MMR 12 – 18 bln,
imunisasi campak ke 2 tdk diberikan
MMR ulangan 10 – 12 tahun atau 12 – 18 th
Ø Secara
khusus (untuk beberapa vaksin)
w Imunodefisiensi
(keganasan darah atau tumor padat, imunodefisiensi kongenital, terapi dengan
obat-obatan yang menurunkan daya tahan tubuh seperti kortikosteroid
(prednisone, metal prednisolon) jangka panjang.--> imunisasi polio oral,
MMR, varisela
w Infeksi
HIV (polio oral dan varisela) atau kontak HIV serumah (polio oral)
w Imunodefisiensi
(gangguan kekebalan tubuh) penghuni rumah à polio oral
w Kehamilan
Ã
MMR, Varisela (tapi bila ibunya yang hamil, tidak apa-apa bila anaknya
diimunisasi)
v HiB
Vaksin Influenza-1
- Virus tidak aktif dalam prefilled syringe (PFS)
- Bahan lain : telur, neomisin, formaldehid
- Penyimpanan pada suhu 2-8á´¼C , jangan terkena sinar matahari maupun beku
- Tiap tahun starin dapat berbeda berdasarkan rekomendasi WHO : selatan dan utara
- Strain 2004 untuk daerah selatan
- H1N1 (new Caledonia/20/99)
- H3N2 (Fujian/411/2002)
- Hongkong/330/2001
- Penyuntikan dilakukan secara intramuscular atau subcutan
6-35 bulan dosis 0,25 ml, >36 bulan dosis 0,5 ml, <8 tahun perlu
booster 4 minggu kemudian
- Vaksinasi diulang tiap tahun
Vaksin kombinasi (tetract-Hib dan Infantrix-Hib)
- Tetract-Hib : kombinasi DPwT+Hib
- Infanrix-Hib : kombinasi DPaT+Hib
DPwT/DpaT dalam vial, Hib dalam PFS (prefilled syringe)
- Sebelum disuntikan, dicampur dengan menyedot DPwT/DpaT ke dalam PFS Hib
- Kontra indikasi
Sama dengan komponen masing-masing vaksin
Vaksin Pneumokokkus (Prevenar)
- Terdiri dari 7 sakarida yang berbeda (serotipe 4, 6B, 9V, 14, 18C, 19F, 23F)
- Konjugasi dengan 20 ug dari masing-masing 6 serotipe
- Bebas pengawet dan bebas thimerosal
- Dosis 0,5 ml diberikan secara intramuscular
- Manfaat : mengurangi resiko invasive pneumococcal disease (IPD), radang paru (pneumonia), radang telinga tengah dan pengobatannya, pembawa kuman (nashoparyngeal carriage), Occult becteremia, dan mungkin efektif pada anak yang tak responsif dengan vaksin pneumokokkus polisakarida (PPV)
Ø 2 jenis vaksin : Act Hib dan Pedvax Hib
Ø Imunisasi dasar untuk Act Hib diberikan umur 2,4, dan
6 bln, untuk Pedvax Hib diberikan pd umur 2 dan 4 bln, dosis ke 3 ( 6 bln )
tidak diperlukan.
Ø Jika anak datang diatas 1 th, Vaksin Hib hanya
diberikan 1 kali
Ø Satu dosis 0,5 ml, diberikan secara IM
v Hepatitis
A
Hepatitis A
adalah masuknya virus Hepatitis A ke dalam tubuh, terutama menyerang hati,
sehingga bisa menimbulkan gejala-gejala hepatitis. Virus Hepatitis A sangat
mudah menular dan menyebabkan 20% – 40% dari semua infeksi hepatitis. Waktu
pemberian dimulai umur 2 tahun. Satu kali suntikan pertama, dan 6 bulan
berikutnya suntikan penguat (booster) dapat memberikan perlindungan
sekurang-kurangnya 10 tahun.
- Virus inaktif dalam formaldehid
- Indikasi : anak usia > 2 tahun, endemis, sering transfusi (hemofilia), tinggal di panti asuhan
- Indikasi kontra : demam, infeksi akut, hipersensitif terhadap komponen vaksin
- Diberikan secara intramuscular
- Protektif pada 95-100%
v Thypoid
Demam
Typhoid adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonela thypi. Dari
lambung manusia, kuman ini kemudian menyebar ke seluruh organ tubuh lainnya.
Penderita infeksi bakteri typhoid akan mengalami gejala awal berupa demam,
badan mengiggil, sakit kepala, nyerit otot, anoreksia, mual, muntah diare dan
aneka gangguan perut lainnya.
Komplikasi
demam typhoid dapat menyebabkan penyakit serius dan kematian. Pemberian
vaksinasi atau merupakan cara efektif untuk mencegah derita demam typhoid.
Vaksin typhoid dapat diberikan pada anak usia 2 tahun. Satu kali suntikan
menjamin perlindungan terhadap Salmonella paratyphi A dan B, dan melindungi
penyakit ini sekurang-kurangnya 3 tahun.
- Komposisi terdiri dari polisakarida kapsul VI Salmonella typhi, Fenol, Nacl, NaHPO3H
- Diberikan secara intramuscular, pada usia > 2 tahun
- Imunitas 2-3 minggu pasca vaksinasi
- Imunogenitas rendah pada umur < 2 tahun
- Perlindungan 3 tahun
- Tidak melindungi terhadap Salmonella paratyphi A dan B
v Varisella
Cacar air
disebabkan oleh virus varicella-zoster merupakan penyakit sangat menular.
Infeksi akibat cacar air ringan dan tidak berakibat fatal, tetapi pada sejumlah
kasus, penyakit bisa sangat serius sehingga penderitanya dirawat dan
diantaranya meninggal.
Imunisasi varisella berfungsi memberikan perlindungan terhadapa cacar air. Suntikan diberikan pada anak yang berumur 10-12 tahun dan belum pernah menderita cacar air. Suntikan varisella sebelum berumur 13 tahun hanya memerlukan 1 dosis vaksin.
Imunisasi varisella berfungsi memberikan perlindungan terhadapa cacar air. Suntikan diberikan pada anak yang berumur 10-12 tahun dan belum pernah menderita cacar air. Suntikan varisella sebelum berumur 13 tahun hanya memerlukan 1 dosis vaksin.
Kepada
anak-anak yang berumur 13 tahun atau lebih, yang belum pernah mendapatkan
vaksinasi varisella dan belum pernah menderita cacar air, sebaiknya diberikan 2
dosis vaksin dengan selang waktu 4-8 minggu.
- Virus hidup dilemahkan, strain Oka
- Diberikan secara subcutan
- Kontra indikasi : demam, sakit akut
- Jangan diberikan bersama vaksin hidup lain
- Jangan hamil dalam 2 bulan
- Tidak efektif bila transfusi gamma globulin
- Diberikan pada anak usia 1-13 tahun
- Rekomendasi IDAI muali usia 5 tahun
- Serokonversi : 94% (2 minggu setelah vaksinasi), 100% (6 minggu setelah vaksinasi)
- Aman, efektif dan ekonomi
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
w KIPI : semua kejadian sakit & kematian yg terjadi
dlm masa 1 bulan stlh imunisasi
w Pada keadaan tertentu, lama pengamatan mencapai masa
42 hari.
w Etiologi
KIPI
w Kesalahan program/teknik pelaksanaan
–
Dosis
antigen
–
Lokasi
& cara penyuntikan
–
Sterilisasi
semprit & jarum suntik
–
Jarum
bekas pakai
–
Tindakan
aseptik & antiseptik
–
Kontaminasi
vaksin & alat Suntik
–
Penyimpanan
vaksin
–
Pemakaian
vaksin sisa
–
Jenis
& jumlah pelarut
–
Tidak
memperhatikan petunjuk produsen
Etiologi KIPI (2)
w Reaksi suntikan
–
Trauma
tusukan jarum suntik
–
Reaksi
langsung: Rasa sakit, bengkak & Kemerahan pada daerah suntikan
–
Reaksi
tidak langsung : rasa takut, mual, pusing sampai sinkope
w Reaksi Vaksin
w Faktor kebetulan
w Penyebab tidak diketahui
Etiologi KIPI (3)
w Reaksi Vaksin
–
Bisa
diprediksi terlebih dahulu
–
Tercantum
dlm kemasan vaksin
–
Biasanya
ringan
–
Reaksi
berat: Anafilaksis sistemik dg resiko kematian Imunisasi pada kelompok resiko
w Anak yg mendapat reaksi simpang pada imunisasi
terdahulu
w laporkan pada Pokja KIPI untuk penanganan segera
w Bayi berat lahir rendah
–
Minimal
berat bayi yang akan di imunisasi adalah 2500 gram
w Pasien imunokompromais
v Imunisasi TT
Pengertian
Vaksin tetanus toksoid
adalah vaksin yang mengandung toksoid tetanus yang telah dimurnikan dan terabsorbsi ke dalam 3
mg/ml alumunium fosfat. Thimerosal 0,1 mg/ml digunakan sebagai pengawet.
Dosis
Kemasan
Manfaat
- Mencegah tetanus pada bayi baru lahir (diberikan pada wanita usia subur atau ibu hamil).
- Mencegah tetanus pada ibu bayi.
- Dapat digunakan oleh siapa saja yang terluka seperti terkena benda berkarat, jatuh di jalan raya.
Indikasi
Kontra
Indikasi
Efek
Samping
Efek samping jarang terjadi dan
bersifat ringan. Gejala-gejalanya seperti lemas dan kemerahan pada lokasi
penyuntikan dan bersifat sementara. Terkadang terjadi demam.
Jadwal
Pemberian
- TT 1, diberikan dengan dosis 0,5 cc.
- TT 2, jarak pemberian 4 minggu setelah TT 1, dapat memberikan perlindungan selama 3 tahun, dosis pemberian 0,5 cc.
- TT 3, jarak pemberian 6 bulan setelah TT 2, masa perlindungan 5 tahun, dosis pemberian 0,5 cc.
- TT 4, jarak pemberian 1 tahun setelah TT 3, masa perlindungan 10 tahun, dosis pemberian 0,5 cc.
- TT 5, jarak pemberian 1 tahun setelah TT 4, masa perlindungan 25 tahun, dosis pemberian 0,5 cc.
Cara
Pemberian
- Vaksin dikocok terlebih dahulu sebelum digunakan. Tujuannya agar suspensi menjadi homogen.
- Penyuntikkan vaksin TT untuk mencegah tetanus neonatal terdiri dari 2 dosis primer yang disuntikkan secara intramuskular atau subkutan dalam, dengan dosis pemberian 0,5 ml dengan interval 4 minggu. Dilanjutkan dengan dosis ketiga setelah 6 bulan berikutnya. Untuk mempertahankan terhadap tetanus pada wanita usia subur, maka dianjurkan diberikan 5 dosis. Dosis ke empat dan ke lima diberikan dengan interval minimal 1 tahun setelah pemberian dosis ke tiga dan ke empat.
- Imunisasi TT dapat diberikan secara aman selama masa kehamilan bahkan pada trimester pertama.
- Di unit pelayanan statis: vaksin TT yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 4 minggu, dengan ketentuan: vaksin belum kadaluawarsa, vaksin disimpan dalam suhu 2 dan 8 derajat Celcius, tidak pernah terendam air, terjaga sterilitasnya, tidak beku, VVM masih dalam kondisi A atau B.
- Di posyandu: vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi.
JADWAL IMUNISASI ANAK
REKOMONDASI MENURUT IDAI periode 2004(revisi
September, 2003)
Umur pemberian imunisasi
|
|||||||||||||||||
Bulan
|
Tahun
|
||||||||||||||||
Lahir
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
9
|
12
|
15
|
18
|
2
|
3
|
5
|
6
|
10
|
12
|
|
Program Pengembangan Imunisasi (PPI, diwajibkan)
|
|||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1
|
2
|
|
|
|
|
3
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
0
|
|
1
|
|
2
|
|
3
|
|
|
|
4
|
|
|
5
|
|
|
|
|
|
|
1
|
|
2
|
|
3
|
|
|
|
4
|
|
|
5
|
|
|
6 dT atau TT
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1
|
|
|
|
|
|
|
2
|
|
|
|
Program Pengembangan Imunisasi Non PPI (non PPI,
dianjurkan)
|
|||||||||||||||||
|
|
1
|
|
2
|
|
3
|
|
|
4
|
|
|
|
|
|
|
||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1
|
|
|
|
|
2
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Ulangan, tiap 3 tahun
|
||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
diberikan 2x, interval 6-12 bulan
|
||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Keterangan jadwal imunisasi rekomendasi IDAI,
periode 2004:
Umur
|
Vaksin
|
Keterangan
|
Saat lahir
|
Hepatitis B-1
|
§ HB-1 harus diberikan dalam waktu
12 jam setelah lahir, dilanjutkan pada umur 1 dan 6 bulan. Apabila status
HbsAg-B ibu positif, dalam waktu 12 jam setelah lahir diberikan HBlg 0,5 ml
bersamaan dengan vaksin HB-1. Apabila semula status HbsAg ibu tidak diketahui
dan ternyata dalam perjalanan selanjutnya diketahui bahwa ibu HbsAg positif
maka masih dapat diberikan HBlg 0,5 ml sebelum bayi berumur 7 hari.
|
1 bulan
|
Hepatitis B-2
|
§ Hb-2 diberikan pada umur 1 bulan,
interval HB-1 dan HB-2 adalah 1 bulan.
|
0-2 bulan
|
§ BCG dapat diberikan sejak lahir.
Apabila BCG akan
diberikan pada umur > 3 bulan sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih
dahulu dan BCG diberikan apabila uji tuberkulin negatif.
|
|
2 bulan
|
DTP-1
|
§ DTP-1 diberikan pada umur lebih
dari 6 minggu, dapat dipergunakan DTwp atau DTap. DTP-1 diberikan secara
kombinasi dengan Hib-1 (PRP-T)
|
Hib-1
|
§ Hib-1 diberikan mulai umur 2 bulan
dengan interval 2 bulan. Hib-1 dapat diberikan secara terpisah atau
dikombinasikan dengan DTP-1.
|
|
Polio-1
|
§ Polio-1 dapat diberikan bersamaan
dengan DTP-1
|
|
4 bulan
|
DTP-2
|
§ DTP-2 (DTwp atau DTap) dapat diberikan
secara terpisah atau dikombinasikan dengan Hib-2 (PRP-T).
|
Hib-2
|
§ Hib-2 dapat diberikan terpisah
atau dikombinasikan dengan DTP-2
|
|
Polio-2
|
§ Polio-2 diberikan bersamaan dengan
DTP-2
|
|
6 bulan
|
DTP-3
|
§ DTP-3 dapat diberikan terpisah
atau dikombinasikan dengan Hib-3 (PRP-T).
|
Hib-3
|
§ Apabila mempergunakan Hib-OMP,
Hib-3 pada umur 6 bulan tidak perlu diberikan.
|
|
Polio-3
|
§ Polio-3 diberikan bersamaan dengan
DTP-3
|
|
Hepatitis B-3
|
§ HB-3 diberikan umur 6 bulan. Untuk
mendapatkan respons imun optimal, interval HB-2 dan HB-3 minimal 2 bulan,
terbaik 5 bulan.
|
|
9 bulan
|
Campak-1
|
§ Campak-1 diberikan pada umur 9
bulan, campak-2 merupakan program BIAS pada SD kelas 1, umur 6 tahun. Apabila telah mendapatkan MMR
pada umur 15 bulan, campak-2 tidak perlu diberikan.
|
15-18 bulan
|
§ Apabila sampai umur 12 bulan belum
mendapatkan imunisasi campak, MMR dapat diberikan pada umur 12 bulan.
|
|
Hib-4
|
§ Hib-4 diberikan pada 15 bulan
(PRP-T atau PRP-OMP).
|
|
18 bulan
|
DTP-4
|
§ DTP-4 (DTwp atau DTap) diberikan 1
tahun setelah DTP-3.
|
Polio-4
|
§ Polio-4 diberikan bersamaan dengan
DTP-4.
|
|
2 tahun
|
Hepatitis A
|
§ Vaksin HepA direkomendasikan pada
umur > 2 tahun, diberikan dua kali dengan interval 6-12 bulan.
|
2-3 tahun
|
Tifoid
|
§ Vaksin tifoid polisakarida injeksi
direkomendasikan untuk umur > 2 tahun. Imunisasi tifoid polisakarida
injeksi perlu diulang setiap 3 tahun.
|
5 tahun
|
DTP-5
|
§ DTP-5 diberikan pada umur 5 tahun
(DTwp/DTap)
|
Polio-5
|
§ Polio-5 diberikan bersamaan dengan
DTP-5.
|
|
6 tahun.
|
§ Diberikan untuk catch-up
immunization pada anak yang belum mendapatkan MMR-1.
|
|
10 tahun
|
dT/TT
|
§ Menjelang pubertas, vaksin tetanus
ke-5 (dT atau TT) diberikan untuk mendapatkan imunitas selama 25 tahun.
|
Varisela
|
§ Vaksin varisela diberikan pada
umur 10 tahun.
|
PENYIMPANAN VAKSIN
KERUSAKAN VAKSIN PADA SUHU DI BAWAH 0oC
Hep B, DPT-Hep B
|
-0,5 oC
|
Maks ½ Jam
|
DPT, TT, & DT
|
-5 oC s/d -10 oC
|
Maks 1,5 s/d 2 jam
|
(Thermo Stability of Vaccines, WHO, 1998)
STABILITAS VAKSIN DILUAR RANTAI DINGIN
Kategori
|
+37 oC
|
+25 oC
|
+5 oC
|
Polio
|
2 Hari
|
-
|
225 Hari
|
DPT
|
14 Hari
|
90 Hari
|
Ø 3 Tahun
|
Hep B & TT
|
30 Hari
|
193 Hari
|
Ø 4 Tahun
|
Campak & BCG
|
7 Hari
|
45 Hari
|
Ø 2 Tahun
|
Hal-Hal yang perlu diperhatikan:
- Pengaruh Suhu: Dapat menurunkan potensi dan efikasi vaksin, jika disimpan pada suhu yang tidak sesuai.
- Pengaruh Sinar Matahari: Usahakan agar vaksin tidak terkena sinar Matahari langsung, khususnya untuk vaksin BCG.
- Pengaruh Kelembaban: Apabila kemasannya sudah baik, maka pengaruh kelembaban sangat kecil, misalnya menggunakan botol atau ampul yang tertutup kedap.
PENYIMPANAN VAKSIN
- Cold Room: suhu 2 oC s/d 8 oC untuk vaksin BCG, Campak, DPT, TT, dan lain-lain.Suhu -20 oC untuk vaksin Polio
- Pemantauan Suhu secara berkala
- Pengaturan Stok (Inventory Control)
- Diterapkan aturan system First In First Out (FIFO System), Expire Date, dan VVM System
- Sebagai control pengeluaran digunakan formulir Batch Delivery Record
- Pengeluaran barang berdasarkan permintaan pengiriman dan Kapasitas gudang penerima.
PEMBEKUAN SAAT PENYIMPANAN
1. Kesalahan Pada Perawatan
- Thermostat pada lemari es yang tidak berfungsi dengan benar
- Thermometer pengukur suhu pada lemari es tidak valid
2. Ketidaktahuan Petugas (Human Error)
- Paradigma petugas bahwa lebih dingin akan lebih baik
- Sering merubah posisi thermostat
- Petugas Baru:
- Ketidaktahuan sifat vaksin
- Ketidaktahuan tata cara penyimpanan vaksin
- Ketidaktahuan packaging vaksin
- Ketidaktahuan tata cara penyimpanan vaksin
- Ketidaktahuan packaging vaksin
3. Penyimpanan vaksin yang padat sehingga tidak mempunyai ruang sirkulasi.
PEMBEKUAN SAAT PENGEPAKAN PADA VAKSIN DTP, TT, DT, dan
HB
Terjadi karena tidak mengikuti petunjuk, bahwa Cold
Pack harus dikeluarkan dulu dari freezer dan tunggu selama 30 menit sampai 1
jam baru kemudian masuk ke dalam box vaksin.
Yang terjadi di lapangan:
• Dengan
alasan karena waktu mendesak, tidak sempat melakukan aturan yang dianjurkan
sehingga cold pack dari freezer langsung masuk ke dalam box vaksin.
• Sehingga
aturan penggunaaan Cold Pack untuk Freeze Sensitive Vaccine di rubah menjadi
Cool Pack.
MENCEGAH PEMBEKUAN VAKSIN
1. Lemari Es dengan Buka Atas
- Selalu letakkan vaksin yang peka pembekuan (DTP, TT, DT, Hep B, DTP-HB jauh dari evaporator.
- Beri jarak 1- 2 cm antar kotak vaksin untuk sirkulasi udara
- Letakkan termometer dan Freeze-Tag di antara kotak vaksin yang peka pembekuan.
2. Lemari Es Rumah Tangga (Tidak direkomendasikan)
- Selalu letakkan vaksin yang peka pembekuan (DTP, TT, DT, Hep B, DTP-HB) jauh dari evaporator.
- Jangan letakkan vaksin di pintu.
- Beri jarak 1-2 cm antar kotak vaksin untuk sirkulasi udara.
- Letakkan termometer dan freeze tag diantara kotak vaksin yang peka pembekuan.
- Selalu letakkan botol berisi air (cool pack) di bagian bawah lemari es.
PEMELIHARAAN LEMARI ES/FREEZER
Perawatan Harian
- Periksa dan catat suhu lemari 3 x sehari pagi, siang, dan sore.
- Periksa kondisi Freeze-Tag.
- Hindarkan seringnya buka tutup pada lemari es.
- Bila suhu sudah stabil antara 2-8 oC pada lemari es atau -15 s/d -25 oC pada freezer. Posisi termostat jangan diubah-ubah dan agar diberi selotip.
Perawatan Mingguan
- Periksa kestabilan bunga es pada dinding bagian dalam lemari es.
- Bersihkan bagian luar lemari es untuk menghindari karat.
- Periksa steker listrik pada stop kontak, jangan sampai kendor.
Perawatan Bulanan
- Bersihkan bagian dalam lemari es.
- Bersihkan kerapatan karet pintu.
- Bersihkan engsel pintu, bila perlu diberi pelumas.
- Bersihkan karet pintu, bila perlu beri bedak.
PENCAIRAN BUNGA ES
- Dilakukan apabila ketebalan bunga es mencapai 0,5 cm.
- Pindahkan vaksin ke dalam kotak vaksin atau lemari es lain.
- Cabut stop kontak lemari es/freezer (jangan mematikan lemari es/freezer dengan memutar termostat).
- Selama pencairan bunga es, pintu lemari es/freezer harus tetap terbuka.
- Biarkan posisi tersebut sampai bunga es mencair semuanya.
- Pencairan dapat dipercepat dengan menyiram air hangat ke dalam lemari es. Jangan menggunakan pisau atau benda tajam lainnya untuk mencongkel bunga es. Setelah cair, bersihkan embun/uap air yang menempel pada dinding bagian dalam lemari es.
PENANGANAN VAKSIN BILA LISTRIK PADAM
• Jangan
membuka pintu lemari es/freezer.
• Periksa
termometer, pastikan suhu masih diantara 2 oC s/d 8 oC
untuk lemari Es (chiller) atau -15o s/d -25 oC untuk
freezer.
• Hidupkan
generator.
• Apabila
suhu lemari es/chiller mendekati +8 oC masukkan coolpack secukupnya.
• Apabila
suhu freezer mendekati -15 oC masukkan cold pack secukupnya.
• Tindakan
ini hanya berlaku 2 x 24 jam.
• Selanjutnya
setelah 2 x 24 jam selamatkan vaksin dengan mengirim ke tempat lain yang bisa
menyimpan vaksin.
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PENANGANAN
VAKSIN
1. Vaksin tidak boleh dikeluarkan dari refrigerator/freezer kecuali untuk
pemakaian atau pengiriman.
2. Pintu refrigerator jangan terlalu sering dibuka (WHO menganjurkan
maksimum 4 x sehari).
3. Vaksin harus disimpan di refrigerator /freezer segera setelah diterima.
4. Setiap personil/staf yang bertanggung jawab terhadap penanganan vaksin
harus mengetahui cara penyimpanan yang benar.
5. Refrigerator/freezer hanya dipergunakan untuk penyimpanan vaksin saja.
6. Proses defrost harus dilakukan jika terjadi penumpukan es lebih dari 1
cm, dan selama proses pendefrosan vaksin harus disimpan pada vaccine carrier
box dan dimonitor suhunya.
7. Harus ditunjuk seorang personil dan cadangan untuk bertanggung jawab
terhadap penanganan vaksin.
8. Setiap penyimpanan vaksin harus mempunyai alat pengukur suhu yang
disertifikasi dan dikalibrasi.
9. Seluruh pengukur suhu tersebut harus tersambung pada sistem alarm.
10. Suhu harus dicatat 3x sehari untuk memastikan suhu yang sesuai dengan
persyaratan dan setiap personil yang menangani vaksin harus mengetahui batas
rendah & tinggi suhu yang diisyaratkan.
11. Setiap personil tersebut harus mendapatkan training tentang pentingnya
penanganan & transportasi vaksin yang baik.
12. Penyimpanan vaksin harus memungkinkan aliran sirkulasi udara yang baik
untuk setiap produk.
13. Diluent harus disimpan pada suhu kamar.
14. Seluruh
vaksin jerap harus disimpan di tempat yang terhindar dari suhu beku dan kontak
langsung dengan es.
Untuk Bayi Yang Lahir Di Rumah Sakit
|
|||
Umur / Bulan
|
Antigen / Vaksin
|
||
0
|
Hb 1
|
BCG
|
Polio 1
|
2
|
Hb 2
|
DPT 1
|
Polio 2
|
3
|
|
DPT 2
|
Polio 3
|
4
|
|
DPT 3
|
Polio 4
|
9
|
Hb 3
|
campak
|
|
Untuk Bayi Yang Lahir di Rumah, Imunisasi di lakukan di Posyandu/
puskesmas
|
|||
Umur / bln
|
Antigen / vaksin
|
||
2
|
BCG
|
DPT 1
|
Polio 1
|
3
|
Hb 1
|
DPT 2
|
Polio 2
|
4
|
Hb 2
|
DPT 3
|
Polio 3
|
9
|
Hb 3
|
campak
|
Polio 4
|
Soal kasus neonatus
(Untuk soal 1-5)
Bayi Rina usia 3 bln, dibawa ke Puskesmas untuk mendapatkan
imunisasi. Bidan memberikan imunisasi DPT I dan polio 3. Setelah mendapatkan
imunisasi, pada malam harinya bayi Rina mengalami demam tinggi (38,5
)
1.Demam tinggi yang terjadi pada bayi Rina merupakan efek
samping dari imunisasi....
a.
DPT
b.
Polio
c.
Polio
dan DPT
d.
Cara
penyuntikan.
2.Tindakan
yang tepat untuk mengatasi masalah pada soal diatas adalah ….
a. Diberi antibiotik
b. Diberi analgesik
c. Diberi antipirektik
d.
Diberi kompres dingin
3. Teknik pemberian Imunisasi DPT pada bayi A
diberikan secara...
a. Tetesan peroral
b. Injeksi subcutan
c. Injeksi intravena
d. Injeksi intramuskuler
4. Kekebalan yang didapat bayi A setelah
mendapat imunisasi adalah ...
a. Pasif
b.
Kombinasi
c. Aktif
alami
d.Aktif
buatan
5. 5.Jadwal yang tepat
untuk pemberian imunisasi selanjutnya pada bayi A adalah...
a.4 minggu
b 6 minggu
c.8 minggu
d.12 minggu kemudian
(untuk soal
6-8)
Ny. Eva berumur 25 tahun melahirkan anak
pertama di rumah bersalin Evarina 1 minggu yang lalu. Bayi tersebut lahir
normal dengan BB 3000gr, PB 50cm, JK
.
6.Berdasarkan kasus diatas imunisasi apa
yang harus diberikan bidan terhadap bayi tersebut sesuai dengan usianya?
a. campak
b. polio
c. BCG
d. TT
7. Berapa kali imunisasi tersebut
diberikan pada bayi?
a. 1 kali
b. 2 kali
c. 3 kali
d. 4 kali
8. Kapan pemberian imunisasi tersebut
sebaiknya dilakukan?
a. diberikan setelah usia 2 bulan
b. diberikan setelah 6 tahun
c. diberikan sedini mungkin/ secepatnya.
d. semua salah.
(Soal no 9-13)
Bayi Diva sudah mendapat imunisasi BCG 2
hari yang lalu, saat ini timbul bengkak dan bercak merah pada tempat
penyuntikan.
9. Masalah yang terjadi pada bayi Ny.
Diva disebabkan oleh....
a. Alergi terhadap vaksin
b. Penyuntikan terlalu dalam
c. dosis vaksin terlalu banyak.
d. reaksi normal imunisasi BCG.
10. Dosis imunisasi yang diberikan untuk
bayi Ny.Diva adalah....
a. 0,1 ml.
b. 0,5 ml.
c. 0,01ml
d. 0,02 ml
11.
Timbulnya scar pada lengan bayi Ny. Diva adalah...minggu
a. satu
b. tiga
c. empat
d. lima
12. Tujuan
pemberian imunisasi pada bayi Ny. Diva adalah...
a. mencegah penyakit infeksi saluran
pernafasan
b. membuat kekebalan aktif terhadap
penyakit TBC
c. memberi kekebalan aktif terhadap
penyakit difteri
d. mendapatkan kekebalan terhadap
penyakit campak
13. Apabila
bayi Ny. Diva dalam waktu yang telah ditentukan tidak timbul scar pada tempat
penyuntikan, maka tindakan selanjutnya adalah...
a. BCG test
b. Rontegen test
c. Mantoux tes/ PPD tes
d. Spuntum test
(Soal no 14-15)
Seseorang penderita radang paru
(pernafasan) yang disebut juga batu rejan/100 hari. Artinya sakitnya bisa
mencapai 100 hari atau 3 bulan lebih. Gejalanya juga diakhiri dengan muntah,
mata dapat bengkak dan dapat meninggal.
14.Berdasarkan
data diatas, diagnosa apa yang dapat disimpulkan bidan terhadap penderita
radang paru tersebut?
a. difteri
b. pertusis
c. tetanus
d. polio
15. jika
penderita datang dengan keluhan atau tanda-tanda dalam kasus diatas berarti
pasien belum mendapatkan imunisasi.....
a. campak
b. polio
c. BCG
d. DPT
soal no
16-18
Ny. Mei memiliki bayi berusia 4 bulan dan
5 hari yang lalu telah mendapatkan imunisasi. Tetapi setelah mendapat imunisasi
bayinya sedikit rewel dan demam tidak seperti biasanya yaitu selama 1-2 hari,
kemerahan dan akan hilang dalam waktu beberapa hari setelah imunisasi.
16.Berdasarkan
kasus diatas, imunisasi apa yang telah diperoleh bayi Mei sesuai dengan
keluhan2 yang dialami bayinya?
a. TT
b. Hepatitis B
c. DPT
d. BCG
17. Berapa kali sebaiknya pemberian
imunisasi tersebut dilakukan?
a. 4 kali (usia 5 bln, usia 7 bln,
usia 8 bln, usia 10 bln)
b. 3 kali ( usia 2 bln, usia 4 bln,
usia 6 bln)
c. 2 kali (usia 4bln dan usia 6 bln)
d. semua benar.
18. berapa bulan jangka pemberian
imunisasi tesebut supaya imunisasi selanjutnya dpt dilakukan?
a. 3 bln
b. 2 bln
c. 4 bln
d. 5 bln.
Seorang anak berusia 1 thn setelah
di imunisasi memeriksa darah. Bila
kadarnya diatas 1000, berarti daya tahannya 8 thn. diatas 500 thn, diatas 200
thn dan 3 tahun. Tetapi bila angkanya hanya 100, maka dalam setahun akan
hilang. Sementara bila angka nol harus di suntik 3 kali.
19. berdasarkan kasus diatas,
imunisasi apa yang diberikan pada anak tersebut???
a. Polio
a. Polio
b. campak
c. DPT
d.hepatitis B
20. Apa tujuan dilakukan pemeriksaan darah pada imunisasi tersebut?
a. sebagai tanda keberhasilan
b. uji test
c. ingin coba-coba
d.periksa gula darah.
Kunci jawaban
1. A 11. C
2. C 12. B
3. D 13.C
4.
D 14.
B
5. A 15. D
6. C 16. C
7. A 17. B
8. C 18.B
9. D 19. D
10. C 20. A
Kesimpulan
Keimunan badan kita mempunyai hubungan rapat dengan cara
hidup dan pemakanan kita. Jika badan dibekalkan dengan nutrien yang mencukupi
dan sesuai, sistem imun kita dapat
diperkuatkan. Produk berkualiti seperti Phyto Greens, jus Aloe Vera, Royal
Spora Lingzhi dan teh hijau dapat
meningkatkan daya ketahanan badan kita. Kita dikelilingi oleh virus dan
bacteria, oleh itu, adalah amat penting untuk memastikan sistem imun kita
berfungsi dengan baik supaya dapat mempertahankan badan dan melawan deri
pelbagai penyakit.
Saran
Agar dalam penyusunan
karya ilmiah ini bisa memberikan manfaat yang besar maka penulis menyarankan:
-
Jaga
pola hidup yang sehat agar tidak mudah terserang penyakit.
-
Memperhatikan
setiap makanan yang akan dikonsumsi
-
Memelihara
lingkungan yang bersih dan sehat.
DAFTAR
PUSTAKA
Maryanti Dwi, Sujianti,
Budiarti Tri,2011. Buku Ajar Neonatus, Bayi & Balita. Trans info Media.
Jakarta.
Maryunani Anik, 2010.
Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Trans Info Media Jakarta
Oswari E, 2004.
Perawatan Ibu Hamil dan Bayi. Pustaka Sinar Harapan Jakarta
Rukiyah Yeyeh, Yulianti
Lia, 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Trans Info Media Jakarta
Kandun Nyoman,2005.
Pedoman Teknis Imunisasi Tingkat Puskesmas. Departemen Kesehatan RI Jakarta
Facri Umar.2009.
Program Imunisasi di Indonesia. Hhtp/www.info.sehat.com askeb 12 Mei 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar