Sabtu, 20 April 2013

imunisasi



MAKALAH PEMBERIAN IMUNISASI PADA BAYI DAN BALITA
OLEH: CHRISTIYEN SRIMELVA SARAGIH
NIM : 11.1444
DOSEN PEMBIMBING: WASYEM AK.P SP.d
AKBID PEMKO TEBING TINGGI

KONSEP DASAR  IMUNISASI
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum perlu diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945 melalui Pembangunan Nasional yang berkesinambungan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat dipengaruhi oleh tersedianya sumber daya manusia yang sehat, terampil dan ahli, serta disusun dalam satu program kesehatan dengan perencanaan terpadu yang didukung oleh data dan informasi epidemiologi yang valid.
Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden). Penyakit menular masih merupakan masalah, sementara penyakit degeneratif juga muncul sebagai masalah. Penyakit menular tidak mengenal batas wilayah administrasi, sehingga menyulitkan pemberantasannya. Dengan tersedianya vaksin yang dapat mencegah penyakit menular tertentu, maka tindakan pencegahan untuk mencegah berpindahnya penyakit dari satu daerah atau negara ke negara lain dapat dilakukan dalam waktu relatif singkat dan dengan hasil yang efektif.

Dengan upaya imunisasi terbukti bahwa penyakit cacar telah terbasmi dan Indonesia dinyatakan bebas dari penyakit cacar sejak tahun 1974. Mulai tahun 1977, upaya imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi dalam rangka pencegahan penularan terhadap Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yaitu, tuberculosis, difteri, pertusis, campak, polio, tetanus serta hepatitis B.

Walaupun PD3I sudah dapat ditekan, cakupan imunisasi harus dipertahankan tinggi dan merata. Kegagalan untuk menjaga tingkat perlindungan yang tinggi dan merata dapat menimbulkan letusan (KLB) PD3I. Untuk itu, upaya imunisasi perlu disertai dengan upaya surveilans epidemiologi agar setiap peningkatan kasus penyakit atau terjadinya KLB dapat terdeteksi dan segera diatasi. Dalam PP Nomor 25 Tahun 2000 kewenangan surveilans epidemiologi, termasuk penanggulangan KLB merupakan kewenangan bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah provinsi. Selama beberapa tahun terakhir ini, kekawatiran akan kembalinya beberapa penyakit menular dan timbulnya penyakit-penyakit menular baru kian meningkat.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa program imunisasi kedalam penyelenggaraan yang bermutu dan efisien. Upaya tersebut didukung dengan kemajuan yang pesat dalam bidang penemuan vaksin baru (Rotavirus, Japanese encephalitis, dan lain-lain). Beberapa jenis vaksin dapat digabung sebagai vaksin kombinasi yang terbukti dapat meningkatkan cakupan imunisasi, mengurangi jumlah suntikan dan kontak dengan petugas imunisasi.
Dari uraian diatas jelaslah bahwa upaya imunisasi perlu terus ditingkatkan untuk mencapai tingkat population imunity (kekebalan masyarakat) yang tinggi sehingga dapat memutuskan rantai penularan PD3I. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi, upaya imunisasi dapat semakin efektif dan efisien dengan harapan dapat memberikan sumbangan yang nyata bagi kesejahteraan anak, ibu serta masyarakat lainnya.





SEJARAH IMUNISASI
Imunisasi di Indonesia secara teratur dimulai sejak th 1956
Tahun 1974 WHO menyatakan Indonesia bebas cacar
Tahun 1978 seluruh dunia dinyatakan bebas cacar
1977 WHO memulai pelaksanaan program imunisasi sebagai upaya global secara resmi disebut “ Expanded Program on Immunization (EPI) yg dikenal di Indonesia PPI (Program Pengembangan Imunisasi )

w  Pada tahun 1977 PPI di Indonesia secara resmi dimulai di 55 Pkm
w  Pada tahun 1981 imunisasi polio baru masuk EPI / PPI
w  Pada tahun 1982 imunisasi Campak baru masuk EPI/ PPI
w  Sejak tahun 1982 Program imunisasi di Ind mencakup 6 jenis antigen ( TBC, Polio, Difteri, Pertusis, Tetanus, Campak)
w  Sejak tahun 1997 program imunisasi mencakup 7 jenis antigen yaitu ditambah dg hepatitis B 

v  Defenisi
Imunisasi berasl dari kata imun,kebal atau resisiten.Anak di iminisasi berarti di berikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu.Anak kebal atau resisiten terhadap suatu penyakit,tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain.
(Notoadinojo,1997:37)


Kata imun berasal dari kata latin(imunitas)Romawi selama masa jabatan mereka terhadap kewajiban sebagai warganegara biasa dan terhadap dakwaan.Dalam sejarah istilah ini kemudian berkembang sehingga pengertiannya berubah menjadi perlindungan terhadap penyakit menular(THEOPHILVS,2000,meni dan madrona,2001)
Indonesia telah melaksanakan pengembangan program iminisasi(PPI)sejak tahun 1977, yang bertujuan antara lain
·         Eradikasi Polro(Erapo)
·         Eliminasi tetanus neonatal(ETN)dan maternal
·         Reduksi campak,dll.
  Pekan iminisasi nasional telah dilaksanakan Indonesia dan berlangsung dengan baik,merupakan pekan di mana setiap anak balita umur 0-59 bulan yang tinggal di Indonesia pada saat tersebut mendapat 2 tetes faksin polio/oral tanpa melihat setatus imunisasi dan kewarganegaraanya .Vaksin Polio di berikan 2 kali dengan selang waktu sekitar 4 minggu yang telah dilakukan  berturut-turut  pada tahun 1995,1996,1997,dan 2002.
v  Tujuan umum
a.       Tujuan/manfaat imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu di dunia.
b.      Untuk melindungi dan mencegah penyakit-penyakit menular yang sangat berbahaya bagi bayi dan anak.
c.       Diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbinitas dan mortalitas serta dapat menggurangi kecacatan akibat penyakit.
d.      Untuk menurunkan morbiditas,mortalitas dan cacat serta bila munggkin di dapat eradikasi suatu penyakit dari suatu daerah atau negeri.

v Tujuan Khusus
Untuk mengurangi anggka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan bagi kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian,penyakit yang dapat dihindari yaitu:campak,polio,dipteri,tetanus,batuk,rejan-hepatitis B,gondongan,cacar air,TBC,dll.
v  Sasaran
Program imunisasi di Indonesia mewrupakan program unggulan untuk mencegah anggka kematian pada bayi,anak bawah 3 tahun,bawah 5 tahun,program ini akan mencakub berapa jenis imunisasi,sementara sasaran dari program itu sendiri antara lain  mencakup:bayi dibawah umur 1 tahun(0-11 bulan),ibu hamil(awal kehamilan 8 bulan ).Wanita usia subur(calon mempelai wanita),anak sekolah dasar(kelas I-VI).
v  Indikasi
w  Bayi dan anak balita, anak sekolah, remaja
w  Orang tua, manula
w  Top management / Executive perusahaan
w  Calon jemaah haji/umroh
w  Orang yang akan bepergian ke luar negeri

v  Jenis kekebalan
Kekebalan terhadap suatu penyakit menular dapat di golongkan menjadi 2,yakni:
1)      Kekebalan tidak spesifik(non spesifik resistence).
Artinya pertahanan tubuh pada manusia yang secara alamia dapat melindungi badan dari suatu penyakit.Misalnya kulit air mata,cairan-cairan khusus yang keluar dari perut(Usus),adanya refleks-refleks tertentu,biasnya batuk,bersin dsb.
2)      Kekebalan spesifik(spesific resisitence),dapat di peroleh oleh 2 sumber,yakni:
Genetik,kekebalan yang berasal dari sumber genetik ini buasanya berhubungan denagn ras(warna kulit dan kelompok-kelompok etnis,misalnya orang kulit hitam(NEGRO)cenderung lebih resisten terhadap penyakit malaria jenis vivak.Contoh lain,orang yang mempunyai Hb 5 resisiten terhadap penyakit plasmodium flaciparum dari pada orang yang mempunyai Hb AA.
3)      Kekebalan yang di peroleh(Acquird Imuniti).
Kekebalan ini di peroleh dari luar tubuh anak atau orang yang bersangkutan.Kekebalan dapa bersifat aktif dan dapat bersifat pasif.Kekebalan aktif dapat di peroleh setelah orang sembuh dari penyait tertentu.Misalya anak yang telah sembuh dari penyakitnya campak ia akan kebal terhadap penyakit-penyakit campak.
4)      Kekebalan masyarakat(Heart imuniti)kekebalan yang terjadi pada tinggkat komunitas di sebut herat iminiti.Apabila heart imuniti di masyarakat rendah,masyarakat akan mudah terjadi wabah.Sebaiknya apabila heart iminiti tinggi maka wabah jarang terjadi pada masyarakat tersebut.

v  Faktor-faktor yang mempengaruhi kekebalan
Banyak faktor yang mempengaruhi kekebalan antara lain umur,seks,kehamilasn,gizi dan trauma.
Ø  Umur
Untuk beberapa penyakit tersebut pada bayi(anak balita)dan orang tua dan mudah terserang dengan lain orang pada  usia sangat mudah terserang.Dengan kata lain pada usia sangat mudah atau usia tua lebih rentan,kurang kebal terhadap penyakit-penyakit menular tertentu.
Hal ini mungkin disebabkan karena kedua kelompok umur tersebut daya tahan tubuhnya rendah.
1.      Seks
Untuk penyalit-penyakit menullar tertentu seperti polio dan bifeleria lebih parah terjadi pada wanita dari pada peria.
2.      Kehamilan
Wanita sedang hamil pada umumnya lebih rentan terhadap penyaki-penyakit menular tertentu misalnya penyakit polio,friemonia,malaria,serta amubiasis.Sebaikya untuk penyakit tipoit dan menginitis jarasng terjadi pada wanita hamil.
3.      Gizi
Gizi yang baik pada umumnya akan meningkatkan resistensi tubuh terhadap penyakit-penyait infeksi tetapi sebaiknya kjekurangan gizi berakibat kerentananterhadap penyakit infeksi.
4.      Tauma.
Stres salah satu bentuk trauma adalah merupakan penyebab kerentanan seseorang terhadap suatu penyakit infeksi tertentu.
5.      Masa inkubasi
Yakni jarak waktu dari mulai terjadinya infeksi didalam diri orang sampai dengan munculnya gejala-gejala atau tanda-tanda penyakit pada orang tersebut.
Tiap-tiap penyakit infeksi mempuyai masa inkubasi berbeda-beda,mulai dari beberapa jam sampai beberapa tahun.



v  Macam-Macam Imunisasi
Imunisasi atau kekebalan asal misalnya dibagi dalam 2[dua] hal yaiyu aktif dan pasif.
Aktif adalah bila tubuh anak ikut menyelenggarakan terbentuknya imunitas,sedangkan pasif adalah tiba tubuh anak tidak berkerja membentuk kekebalan,tetapi hanya menerimanya saja.
Imunisasi terbagi dua macam,yaitu imunisasi aktif dan pasif
A.    Imunisasi Aktif
Pemberian kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan denagn tujuan untukmerangsang tubuh memperoduksi anti bodi sendiri.
Contoh:Imunisasi polio atau campak
Imunisasi aktif ini dilakukan  dengan paksin yang mengadung:
§  kuman-kuman mati (misalnya :vaksin cholera-thypoid/typus abdominalis-paratypus ABC,vaksin pertusis batuk rejan)
§  Kuman-kuman hidup diperlemah (misalnya:vaksin BCG terhadap tuberclosis)
§  Virus-virus hidup diperlemah(miasalnya bibit cacar,vaksin poliomyelitis)
§  Toxoid(=toksin=racun dari pada kuman yang dinetrilisasi=toxoid diferi,toxoid tetanus)
Vaksin diberikan dengan cara disuntikan atau peroral melalui mulut.Terhadap vaksin tersebut,maka tubuh membuat zat-zat terhadap penyakit bersangkutan (oleh karna itu dinamakan imunisasi aktif),oleh zat-zat dapat di ukur denagan pemeriksaan darah,oleh karna itu imun (kebal)tehadap penyakit tertentu.
Dalam imunisasi aktif ini terdapat 4 macam kandungan terdapatterdapat setiap vaksinnya antara lain:
o   Antigen merupakan bagian dari vaksin yanrbagaig berfungsi sebagai zat atau mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan
o   pelarut dapat berupa air steril atau berupa cairan kultur jaringan
o   Preservatif,stbilizer dan antibiotika untuk menghindari tumbuhnya mikroba dan sekaligus untuk stabilisasi antigen
o   Adjuvan yang terdiri dari garam almunium untuk meningkatkan imunogenitas antigen.
Keperluan imunisasi aktif antara lain:
o   Vaksin BCG(Basilus Celmette-Guerin untuk tubercolosis)
o   Vaksin DPT
o   Vaksin poliomielitis
o   Vaksin Campak
o   Vaksin Typa
o   Toxoid tetanus
o   Dll
Namun,pemerintah tidak mewajibkan berbagai  jenis imunisasi tersebut harus dilakukan semua.Hanya 5(lima) jenis imunisasi pada anak dibawah 5 tahun yang harus di lakukan:
o   BCG
o   DPT
o   Polio
o   Campak
o   Hepatitis B



B.Imunisasi Aktif
Ø  Imunisasi aktif adalah zat anti yang didapat dari luar tubuh,misalnya dengan suntikan bahan atau serum yang mengandung zat anti atau zay anti yang terdapat dari ibunya selama dalam kandungan.Kekebalan diperoleh dengan imunisasi pasif tidak bertahan lama.
Ø  Imunisasi pasif adalah penyuntikan sejumlah antibodi ,sehingga kadar antibodi dalam tubuh meningkat.
Imunisasi pasif terdiri dari dua macam yaitu
Ø  Imunisasi  pasif bawaan
Merupakan imunisasi pasif dimana zat antinya berasal dari ibunya selama dalam kandungan.Misalnya terdapat pada neonatus(BBL) samapai bayi berumur 5 bulan.Neonatus mendapatkan imunitas sewaktu dalam kandungan yang berupa zatb antibodi yang melalui jalan darah membus plasenta.

Ø  Imunisasi Pasif
Zat antinya didapat dari tubuh,misalnya dengan suntik bahan atau serum yang mengandung zat anti.Serum anti tetanus ini biasanya dibuat dari darah seekor kuda yang lebih dulu di imunisasi terhadap tetanus.Imunisasi aktif melindungi anak 2-3 minggu.

v  Jenis-Jenis Imunisasi
1.Imunisasi Dasar
Adalah imunisasi pertama yang perlu diberikan pada semua orang,terutama bayi dan anak sejak lahir untuk melindungi  tubuhnya dari penyakit-penyakit yang berbahaya.

Lima jenis imunisasi dasr yang wajib diperoleh bayi sebelum usia setahun:
o   Imunusasi BCG yang dilakukan 1xpada bayi usia 0-11 bulan
o   Imunisasi DPT yang dilakukan 3x pada bayi usia 2-11 bulan dengan interval minimal 4minggu
o   Imunisasi Polio yang dilakukan 4x pada bayi 0-11 bulan dengan inerval minimal 4minggu
o   Imunisasi campak yang dilakukan 1x pada bya usia 9-11bulan
o   Imunisasi hepatitis B yang diberikan 3x pada bayi usia 1-11bulan denagan interval 4minggu



Imunisasi yang diwajibkan dan Booster
Vaksinasi
Jadwal pemberian-usia
Booster/Ulangan
Imunisasi untuk melawan
BCG
Waktu lahir
--
Tuberkulosis
Hepatitis B
Waktulahir-dosis I
1bulan-dosis 2
6bulan-dosis 3
1 tahun-- pada bayi yang lahir dari ibu dengan hep B.
Hepatitis B
DPT dan Polio
3 bulan-dosis1
4 bulan-dosis2
5 bulan-dosis3
18bulan-booster1
6tahun-booster 2
12tahun-booster3
Dipteria, pertusis, tetanus, dan polio
Campak
9 bulan
--
Campak

Imunisasi Wajib
v  Imunisai BCG
Adalah imunisasi  BCG yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit tubercolosis (TBC) yaitu penyakit paru-paru yang sangat menular.
Ø  Pemberian Imunisasi
Frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah satu kalidan tak perlu diulang(Booster) sebab vaksin BCG berisi kuman hidup sehingga anti bodi yg dihasilkan tinggi terus.


Ø  Usia pemberian Imunisasi
Sedini mungkin atau secepatnya,tetapi pada umumnya dibawah dua bulan,disarankan dilakukan tes Mantoux(tuberkulin),terlebih dahulu untuk mengetahui apakah bayi sudah kemasukkan mycobacterium tubercolosis atau belum.Vaksinasi dilakukan hasil tesnya (-) jika penderita yang tinggal serumah atau sering bertandang kerumah,segera setelah lahir bayi di imunisasi BCG.
Ø  Cara pemberian imunisasi
Cara pemberian imunisasi BCG adalah melalui intradermal dengan lokasi penyuntikan pada lengan kanan atas (sesuai anjuran WHO)atau penyuntikan pada paha.
Ø  Tanda kebersihan
Timbul Indurasi (benjolan)kecil dan eritema (merah) didaerah bekas suntikan setelah satu atau dua minggu kemudian,yang berubah menjadi pustula,kemudian pecah menjadi ulkus (luka).Tidak menimbulkan nyeri dan tidak di iringi panas (demam).Luka ini sembuh sendiri dan meninggalkan parut .Jika benjolan tidak timbul,hal ini tidak perlu di khawatirkan.Karena kemunkinan cara penyuntikan yang salah dan antibodi akan tetap terbentuk.
Ø  Efek sampaing Imunisasi
Umumnya tidak ada namun,beberapa anak timbul pembengkakan kelenjar getah beninng di ketiak atau leher bagian bawah (diselangkakangan bila penyuntikan dilakukan di paha) biasanya akan timbul sendiri.
Ø  Kontra indikasi
Imunisasi BCG tidak dapat diberikan pada anak yang berpenyakit TB atau menunjukkan uji Mantoux posif atau pada anak yang mempunyai penyakit kulit yang berat/menahun.
Ø  KEMASAN
   - Khusus bayi £ 1 tahun ampul vaksin disertai 4 cc pelarut (Na Cl 0,9%)
Catatan:
Vaksin yang sudah dilarutkan hrs dipakai dlm waktu 3 jam dan hrs selalu di suhu 2 – 8 0C, bila   ada sissanya jgn dipakai lagi.

Gambar vaksin BCG

Gambar parut imunisasi BCG








v  Imunisasi DPT
Ø  Def:Imunisasi yang digunakan  untuk mencegah terjadinya penyakit diferi,pertusis dan tetanus.
·         Penyakit diferi :radang tenggorokkan yang berbahaya karena menimbulkan tenggorokkan tersumbat dan kerusakkan jantung yang menyebabkan kematian dalam beberapa hari saja.
·         Penyakit pertusis :yaitu radang paru (pernafasan) ,yang disebut juga batuk rejan atau batuk 100 hari karena penyakitnya bisa mencapai 100 hari atau 3 bulan lebih gejala penyakit ini sangat khas,yaitu batuk yang bertahap,panjang dan lama disertai bunyi “whoop” atau berbunyi dan diakhiri dengan muntah,mata dapat bengkak atau penderita dapat meninggal karena bernafas.
·         Penyakit tetanus :Penyakit kejang otot seluruh tubuh dengan mulut terkunci/terkencing hingga mulut tidak bisa dibuka atau membuka.
Ø  Penberian:yaitu 3x (pling sering dilakukan) yaitu pada usia 2 bulan,4 bulan dan 6 bulan.Namun bisa juga ditambahkan 2 kali lagi yaitu 1 kali di usia 18 bulan dan 1 kali di usia 12 tahun diberikan imunisasi TT
Ø  Cara pemberian imunisasi
Cara pemberian imunisasi  melalui IM
Ø  Efek samping imunasasi
Biasanya,hanya gejala-gejala ringan seperti demam (sumeng)saja dan rewel selama 1-2 hari,kemerahan,pembengkakan,agak nyari atau pegal-pegal pada tempat suntikan ,yang akan hilang sendiri dalam beberapa hari atau bila masi demam dapat diberikan obat penurun panas bayi atau bisa juga dengan memberikan minum cairan yang lebih banyak dan tidak memakai pakaian yang terlalu banyak.
Ø  Kontra Indikasi Imunisasi
Imunisasi DPT tidak dapat di berikan pada anank-anak yang mempunyai penyakit atau kelainan saraf baik bersifat keturunan atau bukan seperti epilepsy.Menderita kelainan saraf yang betul-betul berat atau habis dirawat karena infeksi otak,anak-anak yang sedang demam/sakit keras yang mudah mendapat kejang dan mempunyai sifat elergi,seperti eksim atau asma.
Ø  PENYIMPANAN
 (pada suhu 2 – 8 0C)
Ø  DALUWARSA ( 2 tahun)
Ø  DOSIS & CARA
   - Imunisasi dasar 0,5 cc diberikan 3 kali / IM dgn interval waktu 4 – 6 minggu
   - Booster 12 bulan kemudian 0,5 cc/IM

Gambar vaksin DPT






v  Imunisasi Polio
Def:Imunisasi yang digunakan  untuk mencegah terjadinya penyakit Poliomelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak .(kandunagan vaksin polio adalah virus yang dilemahkan)

Ø  Pemberian
Bisa lebih dari jadwal yang ditentukan ,mengingat adanya imunisasi polio Masal atau PiN.Tetapi jumlah dosis yang berlebihan tidak ada istilah overdosis dalam imunisasi.

Ø  Usia Pemberian
Waktu pemberian polio adalah umur bayi 0-11 bulan atau saat lahir (0 bulan),dan berikutnya pafda usia 2 bulan,bayi 4 bulan dan 6 bulan kecuali saat lahir ,pemberian vaksin polio selalu dibarengi dengan vaksin DPT.
Ø  Cara Pemberian
Caranya melalui oral/mulut(oral polio Myliitis Vaccine/Opv)Diluar negeri cara pemberian imunisasi polio ada melalui suntikan.
Ø  Efek Samping
Hamper tidak ada efek samping hanya sebagian kecil saja yang mengalami pusing,diare ringan dan sakit otot.Kasusnya pun sangat jarang.
Ø  Kontra Indikasi
Sebaiknya pada anak dengan diare berat atau sedang sakit parah,seperti demam tinggi(diatas 80 c)ditangguhkan.Pada anak yang menderita penyakit gangguan kekebalan tidak diberikan imunisasi polio.Demikian juga penyakit HIV/AIDS,penyakit kanker atau keganasan sedang menjalani pengobatan steroid dan pengobatan radiasi umum,untuk tidak diberikan imunisasi polio.

Ø  KEMASAN
    Vial berisi 1 CC (10 dosis) dan 2 cc ( 20 dosis)
Ø  DALUWARSA
    - tgntg dari penyimpanan, disimpan di – 20 oC tahan sampai 2 tahun, suhu 2 – 8 0C tahan spi 6 bulan
Ø  DOSIS & CARA
    - Satu dosis 2 tts (0,1 cc) utk imunisasi dasar diberikan 3- 4 kali /dosis dg masa 4 – 6 mg , imunisasi ulangan 1 & 3 th kemudian 1 dosis
Gambar vaksin polio



Cara pemberian polio



v  Imunisasi Campak
Def:Imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit campak (morbili/measles).(kandunagan vaksin campak ini adalah virus yang dilemahkan).
Ø  Pemberian Imunisasi
Frekuensi pemberian imunisasi campak adalah 1kali
Ø  Usia Peberian Imunisasi
Imunisasi campak diberikan 1kali pada usia 9bulan dianjurkan pemberiannya sesuai jadwal.Selain karena antibody dari ibu sudah menurun diusia bayi 9 bulan,penyakit campak pada umumnya menyerang pada anak usia balita jika sampai usia 12 bulan anak belum mendapatkan imunisasi campak,maka pada usia 9 bulan ini anak harus imunisasi MMR (Measles Mumps Rubella).
Ø  Cara pemberian
Melalui subkutan
Ø  Efek Samping
Biasa tidak terjadi reaksi akibat imunisasi.Mungkin terjadi demam ringan dan terdapat efek kemerahaan/bercak merah pada pipi bawah telinga pada hari ke 7-8 hari setelah penyuntikan.Kemungkinan juga terdapat pembengkakan pada tempat penyuntikan.
Ø  Kontra indikasi
o   Dengan penyakit akut yang disertai demam
o   Dengan penyakit gangguan kekebalan
o   Dengan penyakit kekebalan
o   Denagan penyakit TBC tanpa kekebalan
o   Denagan kekurangan gizi berat
o   Dengan penyakit keganasan
o   Dengan kerentahan tinggi terhadap protein telur,kenamisin dan eritromisin(antibiotik)
Ø  PENYIMPANAN (Dlm lemari es 2 – 8 0C lebih baik di suhu  - 200C vaksin harus dihindari dari sinar      matahari
Ø  DALUWARSA (  2 tahun)
Ø  DOSIS DAN CARA (diberikan pada anak mulai umur 9 bulan dg dosis 0,5 cc / SC setelah dilarutkan, Pada keadaan wabah imunisasi dapat diberikan mulai umur 6 bulan dan diulang 6 bln kemudian dg dosis 0,5 cc/S
Ø  REAKSI SAMPING
  Diare, Ruam, Konjungtivitis, walaupun jarang mungkin timbul kejang demam, ensefalitis,
Ø  KONTRA INDIKASI
-Infeksi akut yg disertai demam
    -Defisiensi imunologi
   -Mdpt pengobatan intensif yg     bersifat imunosupresif
Ø  KEMASAN
 (berisi 10 dosis dg pelarut 5 ml)

Gambar vaksin campak

Cara penyuntikan imunisasi campak

v  Hepatitis B
Ø  SUSUNAN
  Setiap I ml mgd Hept B antigen (HBsAg) DNA rekombinan 10,0mcg, Alumunium Hidroksida gel 0,5 mcg, thiomersal/pengawet 0,01%, lar natrium Klorida isotonik 1 ml
Ø  DOSIS & CARA  
 Imunisasi dasar  Bln ke 0, 1 dan 6 atau 0,1 dan 2 dosis 0,5 ml (0-10 thn) dan 1 ml( > 10 thn) jarak HB 2 ke 3 minimal 1 bulan. Penyuntikan I M
 Imunisasi ulangan : setiap tahun .      
Ø  Kontra indikasi
Secara umum (berlaku untuk semua vaksin):
alergi  terhadap vaksin (setelah vaksinasi pertama timbul reaksi alergi, bahkan sampai syok),
alergi  terhadap zat lain yang terdapat di dalam vaksin (antibiotika yang terdapat di dalamvaksin, pengawet , dll),
sakit sedang atau berat, dengan atau tanpa demam (sakit akut ringan dengan atau tanpa demam bukan indikasi kontra imunisasi)




Gambar Vaksin hepatitis B
Jadwal Pemberian Imunisasi Wajib
UMUR
VAKSIN
1 bulan
Hepatitis B-1, BCG, OPV-1 (oral polio vaccine)
2 bulan
Hepatitis B-2, DPT-1, OPV-2
3 bulan
DPT-2, OPV-3
4 bulan
DPT-3, OPV-4
7 bulan
Hepatitis B-3
 > 6 bulan
Campak


Imunisasi yang dianjurkan:
Vaksinasi
Jadwal pemberian-usia
Booster/Ulangan
Imunisasi untuk melawan
MMR
1-2 tahun
12 tahun
Measles, meningitis, rubella
Hib
3bulan-dosis 1
4bulan-dosis 2
5bulan-dosis 3
18 bulan
Hemophilus influenza tipe B
Hepatitis A
12-18bulan
--
Hepatitis A
Cacar air
12-18bulan
--
Cacar air

Imunisasi Anjuran
v  MMR
a.      Iminisasi MMR(Measles,mamps,rubela)
Imunisasi MMR adalah imunisasi yang diberikan untuk mencegah terjadinya penyakit campak(measles).Parotis epidemika(mups,gondongan),campak jerman(rubella)
1)      Penyakit campak
Campak adalah penyakit virus akut yang di sebabkan oleh virus campak,yang penyebaran infveksinya terjadi dengan perantara droplet,dengan masa inkubasi 10-14 hari di tandai denganruam campak,demam,batuk



2)      Parotis epidemika(mumps,gondongan)
Penyakit yang di sebabkan oleh infeksi para myxo virus dan penyebaranya terjadi melalui doplet,dengan masa inkubasi 12-25 hari dengan gejala tidak khas seperti anoreksia dan mielgia,malaise,nyeri kepala,dan demam ringan ,yang kemudian timbul pembengkakan kelenjar parotis unilateral atau bilateral penyakit ini gterutama terjadi pada anka usia anak 5-9 tahun.
3)      Rubela(campak jerman)
Suatu penyakit infeksi melalui udara droplet,dengan gejala klinis yang mencolok adalah timbulnya nam makulopapular bersifat sementara,limpahdenofatih semantara di sertai artoritis dan arthralgia

  • Virus campak Schwarz hidup yang dilemahkan dalam embrio ayam
  • Virus gondong Urabe dibiak dalam telur ayam
  • Virus rubela Wistar dibiak pada sel deploid manusia
  • Penyuntikan dilakukan secara subcutan atau intramuscular
  • Direkomendasikan pada usia 12-18 bulan
  • Serokonversi pada >95% kasus
  • Kontraindikasi : imunodepresi, hamil, pasca imunoglobulin, transfusi darah (tunda 6-12 minggu).
  • Tetap diberikan pada anak yang pernah campak, gondongan ataupun rubella
  • Tidak ada bukti sahih berkaitan dengan autisme

Ø  Diberikan umur 15-18 bulan’
Dosis satu kali 0,5 ml sub cutan
Diberikan minimal 1 bln sebelum atau setelah imunisasi lain
Jika anak tlh mendapatkan imunisasi MMR 12 – 18 bln, imunisasi campak ke 2 tdk diberikan
MMR ulangan 10 – 12 tahun atau 12 – 18 th


Ø  Secara khusus (untuk beberapa vaksin)
w  Imunodefisiensi (keganasan darah atau tumor padat, imunodefisiensi kongenital, terapi dengan obat-obatan yang menurunkan daya tahan tubuh seperti kortikosteroid (prednisone, metal prednisolon) jangka panjang.--> imunisasi polio oral, MMR, varisela
w  Infeksi HIV (polio oral dan varisela) atau kontak HIV serumah (polio oral)
w  Imunodefisiensi (gangguan kekebalan tubuh) penghuni rumah à polio oral
w  Kehamilan à MMR, Varisela (tapi bila ibunya yang hamil, tidak apa-apa bila anaknya diimunisasi)  





v  HiB
Vaksin Influenza-1
  • Virus tidak aktif dalam prefilled syringe (PFS)
  • Bahan lain : telur, neomisin, formaldehid
  • Penyimpanan pada suhu 2-8á´¼C , jangan terkena sinar matahari maupun beku
  • Tiap tahun starin dapat berbeda berdasarkan rekomendasi WHO : selatan dan utara
  • Strain 2004 untuk daerah selatan
    • H1N1 (new Caledonia/20/99)
    • H3N2 (Fujian/411/2002)
    • Hongkong/330/2001
    • Penyuntikan dilakukan secara  intramuscular atau subcutan
6-35 bulan dosis 0,25 ml, >36 bulan dosis 0,5 ml, <8 tahun perlu booster 4 minggu kemudian
  • Vaksinasi diulang tiap tahun
Vaksin kombinasi  (tetract-Hib dan Infantrix-Hib)
  • Tetract-Hib : kombinasi DPwT+Hib
  • Infanrix-Hib : kombinasi DPaT+Hib
DPwT/DpaT dalam vial, Hib dalam PFS (prefilled syringe)
  • Sebelum disuntikan, dicampur dengan menyedot DPwT/DpaT ke dalam PFS Hib
  • Kontra indikasi
Sama dengan komponen masing-masing vaksin

Vaksin Pneumokokkus (Prevenar)
  • Terdiri dari 7 sakarida yang berbeda (serotipe 4, 6B, 9V, 14, 18C, 19F, 23F)
  • Konjugasi dengan 20 ug dari masing-masing 6 serotipe
  • Bebas pengawet dan bebas thimerosal
  • Dosis 0,5 ml diberikan secara intramuscular
  • Manfaat : mengurangi resiko invasive pneumococcal disease (IPD), radang paru (pneumonia), radang telinga tengah dan pengobatannya, pembawa kuman (nashoparyngeal carriage), Occult becteremia, dan mungkin efektif pada anak yang tak responsif dengan vaksin pneumokokkus polisakarida (PPV)
Ø  2 jenis vaksin : Act Hib dan Pedvax Hib
Ø  Imunisasi dasar untuk Act Hib diberikan umur 2,4, dan 6 bln, untuk Pedvax Hib diberikan pd umur 2 dan 4 bln, dosis ke 3 ( 6 bln ) tidak diperlukan.
Ø  Jika anak datang diatas 1 th, Vaksin Hib hanya diberikan 1 kali
Ø  Satu dosis 0,5 ml, diberikan secara IM

v  Hepatitis A
Hepatitis A adalah masuknya virus Hepatitis A ke dalam tubuh, terutama menyerang hati, sehingga bisa menimbulkan gejala-gejala hepatitis. Virus Hepatitis A sangat mudah menular dan menyebabkan 20% – 40% dari semua infeksi hepatitis. Waktu pemberian dimulai umur 2 tahun. Satu kali suntikan pertama, dan 6 bulan berikutnya suntikan penguat (booster) dapat memberikan perlindungan sekurang-kurangnya 10 tahun.

  • Virus inaktif dalam formaldehid
  • Indikasi : anak usia > 2 tahun, endemis, sering transfusi (hemofilia), tinggal di panti asuhan
  • Indikasi kontra : demam, infeksi akut, hipersensitif terhadap komponen vaksin
  • Diberikan secara intramuscular
  • Protektif pada 95-100%
v  Thypoid
Demam Typhoid adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonela thypi. Dari lambung manusia, kuman ini kemudian menyebar ke seluruh organ tubuh lainnya. Penderita infeksi bakteri typhoid akan mengalami gejala awal berupa demam, badan mengiggil, sakit kepala, nyerit otot, anoreksia, mual, muntah diare dan aneka gangguan perut lainnya.
Komplikasi demam typhoid dapat menyebabkan penyakit serius dan kematian. Pemberian vaksinasi atau merupakan cara efektif untuk mencegah derita demam typhoid. Vaksin typhoid dapat diberikan pada anak usia 2 tahun. Satu kali suntikan menjamin perlindungan terhadap Salmonella paratyphi A dan B, dan melindungi penyakit ini sekurang-kurangnya 3 tahun.
  • Komposisi terdiri dari polisakarida kapsul VI Salmonella typhi, Fenol, Nacl, NaHPO3H
  • Diberikan secara intramuscular,  pada usia > 2 tahun
  • Imunitas 2-3 minggu pasca vaksinasi
  • Imunogenitas rendah pada umur < 2 tahun
  • Perlindungan 3 tahun
  • Tidak melindungi terhadap Salmonella paratyphi A dan B

v  Varisella
Cacar air disebabkan oleh virus varicella-zoster merupakan penyakit sangat menular. Infeksi akibat cacar air ringan dan tidak berakibat fatal, tetapi pada sejumlah kasus, penyakit bisa sangat serius sehingga penderitanya dirawat dan diantaranya meninggal.
Imunisasi varisella berfungsi memberikan perlindungan terhadapa cacar air. Suntikan diberikan pada anak yang berumur 10-12 tahun dan belum pernah menderita cacar air. Suntikan varisella sebelum berumur 13 tahun hanya memerlukan 1 dosis vaksin.
Kepada anak-anak yang berumur 13 tahun atau lebih, yang belum pernah mendapatkan vaksinasi varisella dan belum pernah menderita cacar air, sebaiknya diberikan 2 dosis vaksin dengan selang waktu 4-8 minggu.
  • Virus hidup dilemahkan, strain Oka
  • Diberikan secara  subcutan
  • Kontra indikasi : demam, sakit akut
  • Jangan diberikan bersama vaksin hidup lain
  • Jangan hamil dalam 2 bulan
  • Tidak efektif bila transfusi gamma globulin
  • Diberikan pada anak usia 1-13 tahun
  • Rekomendasi IDAI muali usia 5 tahun
  • Serokonversi : 94% (2 minggu setelah vaksinasi), 100% (6 minggu setelah vaksinasi)
  • Aman, efektif dan ekonomi
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
w  KIPI : semua kejadian sakit & kematian yg terjadi dlm masa 1 bulan stlh imunisasi
w  Pada keadaan tertentu, lama pengamatan mencapai masa 42 hari.

w  Etiologi KIPI
w  Kesalahan program/teknik pelaksanaan
        Dosis antigen
        Lokasi & cara penyuntikan
        Sterilisasi semprit & jarum suntik
        Jarum bekas pakai
        Tindakan aseptik & antiseptik
        Kontaminasi vaksin & alat Suntik
        Penyimpanan vaksin
        Pemakaian vaksin sisa
        Jenis & jumlah pelarut
        Tidak memperhatikan petunjuk produsen
Etiologi KIPI (2)
w  Reaksi suntikan
        Trauma tusukan jarum suntik
        Reaksi langsung: Rasa sakit, bengkak & Kemerahan pada daerah suntikan
        Reaksi tidak langsung : rasa takut, mual, pusing sampai sinkope

w  Reaksi Vaksin
w  Faktor kebetulan
w  Penyebab tidak diketahui
Etiologi KIPI (3)
w  Reaksi Vaksin
        Bisa diprediksi terlebih dahulu
        Tercantum dlm kemasan vaksin
        Biasanya ringan
        Reaksi berat: Anafilaksis sistemik dg resiko kematian Imunisasi pada kelompok resiko
w  Anak yg mendapat reaksi simpang pada imunisasi terdahulu
w  laporkan pada Pokja KIPI untuk penanganan segera
w  Bayi berat lahir rendah
        Minimal berat bayi yang akan di imunisasi adalah 2500 gram
w  Pasien imunokompromais


v  Imunisasi TT
Pengertian
Vaksin tetanus toksoid adalah vaksin yang mengandung toksoid tetanus yang telah dimurnikan dan terabsorbsi ke dalam 3 mg/ml alumunium fosfat. Thimerosal 0,1 mg/ml digunakan sebagai pengawet.
Dosis
Satu dosis 0,5 ml vaksin mengandung potensi sedikitnya 40 intra unit.
Kemasan                                                                                                           
Manfaat
  1. Mencegah tetanus pada bayi baru lahir (diberikan pada wanita usia subur atau ibu hamil).
  2. Mencegah tetanus pada ibu bayi.
  3. Dapat digunakan oleh siapa saja yang terluka seperti terkena benda berkarat, jatuh di jalan raya.



Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tetanus.
Kontra Indikasi
Gejala-gejala berat karena dosis pertama TT.
Efek Samping
Efek samping jarang terjadi dan bersifat ringan. Gejala-gejalanya seperti lemas dan kemerahan pada lokasi penyuntikan dan bersifat sementara. Terkadang terjadi demam.
Jadwal Pemberian
Jadwal pemberian imunisasi TT pada WUS (wanita usia subur)
  1. TT 1, diberikan dengan dosis 0,5 cc.
  2. TT 2, jarak pemberian 4 minggu setelah TT 1, dapat memberikan perlindungan selama 3 tahun, dosis pemberian 0,5 cc.
  3. TT 3, jarak pemberian 6 bulan setelah TT 2, masa perlindungan 5 tahun, dosis pemberian 0,5 cc.
  4. TT 4, jarak pemberian 1 tahun setelah TT 3, masa perlindungan 10 tahun, dosis pemberian 0,5 cc.
  5. TT 5, jarak pemberian 1 tahun setelah TT 4, masa perlindungan 25 tahun, dosis pemberian 0,5 cc.

Cara Pemberian
  1. Vaksin dikocok terlebih dahulu sebelum digunakan. Tujuannya agar suspensi menjadi homogen.
  2. Penyuntikkan vaksin TT untuk mencegah tetanus neonatal terdiri dari 2 dosis primer yang disuntikkan secara intramuskular atau subkutan dalam, dengan dosis pemberian 0,5 ml dengan interval 4 minggu. Dilanjutkan dengan dosis ketiga setelah 6 bulan berikutnya. Untuk mempertahankan terhadap tetanus pada wanita usia subur, maka dianjurkan diberikan 5 dosis. Dosis ke empat dan ke lima diberikan dengan interval minimal 1 tahun setelah pemberian dosis ke tiga dan ke empat.
  3. Imunisasi TT dapat diberikan secara aman selama masa kehamilan bahkan pada trimester pertama.
  4. Di unit pelayanan statis: vaksin TT yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 4 minggu, dengan ketentuan: vaksin belum kadaluawarsa, vaksin disimpan dalam suhu 2 dan 8 derajat Celcius, tidak pernah terendam air, terjaga sterilitasnya, tidak beku, VVM masih dalam kondisi A atau B.
  5. Di posyandu: vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi.



JADWAL IMUNISASI ANAK REKOMONDASI MENURUT IDAI periode 2004(revisi  September, 2003)
Umur pemberian imunisasi
Bulan
Tahun
Lahir
1
2
3
4
5
6
9
12
15
18
2
3
5
6
10
12
Program Pengembangan Imunisasi (PPI, diwajibkan)

















1
2




3










0

1

2

3



4


5





1

2

3



4


5


6 dT atau TT







1






2


Program Pengembangan Imunisasi Non PPI (non PPI, dianjurkan)


1

2

3


4















1




2













Ulangan, tiap 3 tahun











diberikan 2x, interval 6-12 bulan
















Keterangan jadwal imunisasi rekomendasi IDAI, periode 2004:
Umur
Vaksin
Keterangan
Saat lahir
Hepatitis B-1
§  HB-1 harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan pada umur 1 dan 6 bulan. Apabila status HbsAg-B ibu positif, dalam waktu 12 jam setelah lahir diberikan HBlg 0,5 ml bersamaan dengan vaksin HB-1. Apabila semula status HbsAg ibu tidak diketahui dan ternyata dalam perjalanan selanjutnya diketahui bahwa ibu HbsAg positif maka masih dapat diberikan HBlg 0,5 ml sebelum bayi berumur 7 hari.
§  Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama. Untuk bayi yang lahir di RB/RS polio oral diberikan saat bayi dipulangkan (untuk menghindari transmisivirus vaksin kepada bayi lain)
1 bulan
Hepatitis B-2
§  Hb-2 diberikan pada umur 1 bulan, interval HB-1 dan HB-2 adalah 1 bulan.
0-2 bulan
§  BCG dapat diberikan sejak lahir. Apabila BCG akan diberikan pada umur > 3 bulan sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu dan BCG diberikan apabila uji tuberkulin negatif.
2 bulan
DTP-1
§  DTP-1 diberikan pada umur lebih dari 6 minggu, dapat dipergunakan DTwp atau DTap. DTP-1 diberikan secara kombinasi dengan Hib-1 (PRP-T)
Hib-1
§  Hib-1 diberikan mulai umur 2 bulan dengan interval 2 bulan. Hib-1 dapat diberikan secara terpisah atau dikombinasikan dengan DTP-1.
Polio-1
§  Polio-1 dapat diberikan bersamaan dengan DTP-1
4 bulan
DTP-2
§  DTP-2 (DTwp atau DTap) dapat diberikan secara terpisah atau dikombinasikan dengan Hib-2 (PRP-T).
Hib-2
§  Hib-2 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan DTP-2
Polio-2
§  Polio-2 diberikan bersamaan dengan DTP-2
6 bulan
DTP-3
§  DTP-3 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan Hib-3 (PRP-T).
Hib-3
§  Apabila mempergunakan Hib-OMP, Hib-3 pada umur 6 bulan tidak perlu diberikan.
Polio-3
§  Polio-3 diberikan bersamaan dengan DTP-3
Hepatitis B-3
§  HB-3 diberikan umur 6 bulan. Untuk mendapatkan respons imun optimal, interval HB-2 dan HB-3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan.
9 bulan
Campak-1
§  Campak-1 diberikan pada umur 9 bulan, campak-2 merupakan program BIAS pada SD kelas 1, umur 6 tahun. Apabila telah mendapatkan MMR pada umur 15 bulan, campak-2 tidak perlu diberikan.
15-18 bulan
§  Apabila sampai umur 12 bulan belum mendapatkan imunisasi campak, MMR dapat diberikan pada umur 12 bulan.
Hib-4
§  Hib-4 diberikan pada 15 bulan (PRP-T atau PRP-OMP).
18 bulan
DTP-4
§  DTP-4 (DTwp atau DTap) diberikan 1 tahun setelah DTP-3.
Polio-4
§  Polio-4 diberikan bersamaan dengan DTP-4.
2 tahun
Hepatitis A
§  Vaksin HepA direkomendasikan pada umur > 2 tahun, diberikan dua kali dengan interval 6-12 bulan.
2-3 tahun
Tifoid
§  Vaksin tifoid polisakarida injeksi direkomendasikan untuk umur > 2 tahun. Imunisasi tifoid polisakarida injeksi perlu diulang setiap 3 tahun.
5 tahun
DTP-5
§  DTP-5 diberikan pada umur 5 tahun (DTwp/DTap)
Polio-5
§  Polio-5 diberikan bersamaan dengan DTP-5.
6 tahun.
§  Diberikan untuk catch-up immunization pada anak yang belum mendapatkan MMR-1.
10 tahun
dT/TT
§  Menjelang pubertas, vaksin tetanus ke-5 (dT atau TT) diberikan untuk mendapatkan imunitas selama 25 tahun.
Varisela
§  Vaksin varisela diberikan pada umur 10 tahun.


PENYIMPANAN VAKSIN













KERUSAKAN VAKSIN PADA SUHU DI BAWAH 0oC
Hep B, DPT-Hep B
-0,5 oC
Maks ½ Jam
DPT, TT, & DT
-5 oC s/d -10 oC
Maks 1,5 s/d 2 jam
(Thermo Stability of Vaccines, WHO, 1998)
STABILITAS VAKSIN DILUAR RANTAI DINGIN

Kategori
+37 oC
+25 oC
+5 oC
Polio
2 Hari
-
225 Hari
DPT
14 Hari
90 Hari
Ø 3 Tahun
Hep B & TT
30 Hari
193 Hari
Ø 4 Tahun
Campak & BCG
7 Hari
45 Hari
Ø 2 Tahun

Hal-Hal yang perlu diperhatikan:
  1. Pengaruh Suhu: Dapat menurunkan potensi dan efikasi vaksin, jika disimpan pada suhu yang tidak sesuai.
  2. Pengaruh Sinar Matahari: Usahakan agar vaksin tidak terkena sinar Matahari langsung, khususnya untuk vaksin BCG.
  3. Pengaruh Kelembaban: Apabila kemasannya sudah baik, maka pengaruh kelembaban sangat kecil, misalnya menggunakan botol atau ampul yang tertutup kedap.

PENYIMPANAN VAKSIN
  1. Cold Room: suhu 2 oC s/d 8 oC untuk vaksin BCG, Campak, DPT, TT, dan lain-lain.Suhu -20 oC untuk vaksin Polio
  2. Pemantauan Suhu secara berkala
  3. Pengaturan Stok (Inventory Control)
  4. Diterapkan aturan system First In First Out (FIFO System), Expire Date, dan VVM System
  5. Sebagai control pengeluaran digunakan formulir Batch Delivery Record
  6. Pengeluaran barang berdasarkan permintaan pengiriman dan Kapasitas gudang penerima.
PEMBEKUAN SAAT PENYIMPANAN
1. Kesalahan Pada Perawatan
  • Thermostat pada lemari es yang tidak berfungsi dengan benar
  • Thermometer pengukur suhu pada lemari es tidak valid
2. Ketidaktahuan Petugas (Human Error)
  • Paradigma petugas bahwa lebih dingin akan lebih baik
  • Sering merubah posisi thermostat
  • Petugas Baru:
- Ketidaktahuan sifat vaksin
- Ketidaktahuan tata cara penyimpanan vaksin
- Ketidaktahuan packaging vaksin


3. Penyimpanan vaksin yang padat sehingga tidak mempunyai ruang sirkulasi.

PEMBEKUAN SAAT PENGEPAKAN PADA VAKSIN DTP, TT, DT, dan HB
Terjadi karena tidak mengikuti petunjuk, bahwa Cold Pack harus dikeluarkan dulu dari freezer dan tunggu selama 30 menit sampai 1 jam baru kemudian masuk ke dalam box vaksin.
Yang terjadi di lapangan:
Dengan alasan karena waktu mendesak, tidak sempat melakukan aturan yang dianjurkan sehingga cold pack dari freezer langsung masuk ke dalam box vaksin.
Sehingga aturan penggunaaan Cold Pack untuk Freeze Sensitive Vaccine di rubah menjadi Cool Pack.

MENCEGAH PEMBEKUAN VAKSIN
1. Lemari Es dengan Buka Atas
  • Selalu letakkan vaksin yang peka pembekuan (DTP, TT, DT, Hep B, DTP-HB jauh dari evaporator.
  • Beri jarak 1- 2 cm antar kotak vaksin untuk sirkulasi udara
  • Letakkan termometer dan Freeze-Tag di antara kotak vaksin yang peka pembekuan.


2. Lemari Es Rumah Tangga (Tidak direkomendasikan)
  • Selalu letakkan vaksin yang peka pembekuan (DTP, TT, DT, Hep B, DTP-HB) jauh dari evaporator.
  • Jangan letakkan vaksin di pintu.
  • Beri jarak 1-2 cm antar kotak vaksin untuk sirkulasi udara.
  • Letakkan termometer dan freeze tag diantara kotak vaksin yang peka pembekuan.
  • Selalu letakkan botol berisi air (cool pack) di bagian bawah lemari es.
PEMELIHARAAN LEMARI ES/FREEZER
Perawatan Harian
  1. Periksa dan catat suhu lemari 3 x sehari pagi, siang, dan sore.
  2. Periksa kondisi Freeze-Tag.
  3. Hindarkan seringnya buka tutup pada lemari es.
  4. Bila suhu sudah stabil antara 2-8 oC pada lemari es atau -15 s/d -25 oC pada freezer. Posisi termostat jangan diubah-ubah dan agar diberi selotip.
Perawatan Mingguan
  1. Periksa kestabilan bunga es pada dinding bagian dalam lemari es.
  2. Bersihkan bagian luar lemari es untuk menghindari karat.
  3. Periksa steker listrik pada stop kontak, jangan sampai kendor.


Perawatan Bulanan
  1. Bersihkan bagian dalam lemari es.
  2. Bersihkan kerapatan karet pintu.
  3. Bersihkan engsel pintu, bila perlu diberi pelumas.
  4. Bersihkan karet pintu, bila perlu beri bedak.

PENCAIRAN BUNGA ES
  • Dilakukan apabila ketebalan bunga es mencapai 0,5 cm.
  • Pindahkan vaksin ke dalam kotak vaksin atau lemari es lain.
  • Cabut stop kontak lemari es/freezer (jangan mematikan lemari es/freezer dengan memutar termostat).
  • Selama pencairan bunga es, pintu lemari es/freezer harus tetap terbuka.
  • Biarkan posisi tersebut sampai bunga es mencair semuanya.
  • Pencairan dapat dipercepat dengan menyiram air hangat ke dalam lemari es. Jangan menggunakan pisau atau benda tajam lainnya untuk mencongkel bunga es. Setelah cair, bersihkan embun/uap air yang menempel pada dinding bagian dalam lemari es.
PENANGANAN VAKSIN BILA LISTRIK PADAM
Jangan membuka pintu lemari es/freezer.
Periksa termometer, pastikan suhu masih diantara 2 oC s/d 8 oC untuk lemari Es (chiller) atau -15o s/d -25 oC untuk freezer.
Hidupkan generator.
Apabila suhu lemari es/chiller mendekati +8 oC masukkan coolpack secukupnya.
Apabila suhu freezer mendekati -15 oC masukkan cold pack secukupnya.
Tindakan ini hanya berlaku 2 x 24 jam.
Selanjutnya setelah 2 x 24 jam selamatkan vaksin dengan mengirim ke tempat lain yang bisa menyimpan vaksin.
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PENANGANAN VAKSIN
1. Vaksin tidak boleh dikeluarkan dari refrigerator/freezer kecuali untuk pemakaian atau pengiriman.
2. Pintu refrigerator jangan terlalu sering dibuka (WHO menganjurkan maksimum 4 x sehari).
3. Vaksin harus disimpan di refrigerator /freezer segera setelah diterima.
4. Setiap personil/staf yang bertanggung jawab terhadap penanganan vaksin harus mengetahui cara penyimpanan yang benar.
5. Refrigerator/freezer hanya dipergunakan untuk penyimpanan vaksin saja.
6. Proses defrost harus dilakukan jika terjadi penumpukan es lebih dari 1 cm, dan selama proses pendefrosan vaksin harus disimpan pada vaccine carrier box dan dimonitor suhunya.
7. Harus ditunjuk seorang personil dan cadangan untuk bertanggung jawab terhadap penanganan vaksin.
8. Setiap penyimpanan vaksin harus mempunyai alat pengukur suhu yang disertifikasi dan dikalibrasi.
9. Seluruh pengukur suhu tersebut harus tersambung pada sistem alarm.
10. Suhu harus dicatat 3x sehari untuk memastikan suhu yang sesuai dengan persyaratan dan setiap personil yang menangani vaksin harus mengetahui batas rendah & tinggi suhu yang diisyaratkan.
11. Setiap personil tersebut harus mendapatkan training tentang pentingnya penanganan & transportasi vaksin yang baik.
12. Penyimpanan vaksin harus memungkinkan aliran sirkulasi udara yang baik untuk setiap produk.
13. Diluent harus disimpan pada suhu kamar.
14. Seluruh vaksin jerap harus disimpan di tempat yang terhindar dari suhu beku dan kontak langsung dengan es.

Untuk Bayi Yang Lahir Di Rumah Sakit
Umur / Bulan
Antigen / Vaksin
0
Hb 1
BCG
Polio 1
2
Hb 2
DPT 1
Polio 2
3

DPT 2
Polio 3
4

DPT 3
Polio 4
9
Hb 3
campak


Untuk Bayi Yang Lahir di Rumah, Imunisasi di lakukan di Posyandu/ puskesmas
Umur / bln
Antigen / vaksin
2
BCG
DPT 1
Polio 1
3
Hb 1
DPT 2
Polio 2
4
Hb 2
DPT 3
Polio 3
9
Hb 3
campak
Polio 4

Soal kasus neonatus
(Untuk soal 1-5)
Bayi Rina usia 3 bln, dibawa ke Puskesmas untuk mendapatkan imunisasi. Bidan memberikan imunisasi DPT I dan polio 3. Setelah mendapatkan imunisasi, pada malam harinya bayi Rina mengalami demam tinggi (38,5 )
1.Demam tinggi yang terjadi pada bayi Rina merupakan efek samping dari imunisasi....
a.      DPT
b.      Polio
c.       Polio dan DPT
d.      Cara penyuntikan.
2.Tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah pada soal diatas adalah  ….
    a.   Diberi antibiotik
    b.   Diberi analgesik
    c.   Diberi antipirektik
    d.  Diberi kompres dingin

3. Teknik pemberian Imunisasi DPT pada bayi A diberikan secara...
    a.  Tetesan peroral
    b. Injeksi subcutan
    c. Injeksi intravena
    d. Injeksi intramuskuler
4.  Kekebalan yang didapat bayi A setelah mendapat imunisasi adalah ...
    a.    Pasif
    b.  Kombinasi
    c. Aktif alami
    d.Aktif buatan
5.                          5.Jadwal yang tepat untuk  pemberian imunisasi selanjutnya pada bayi A adalah... 
          a.4 minggu
          b 6 minggu
          c.8 minggu
          d.12 minggu kemudian




(untuk soal 6-8)
       Ny. Eva berumur 25 tahun melahirkan anak pertama di rumah bersalin Evarina 1 minggu yang lalu. Bayi tersebut lahir normal dengan BB 3000gr, PB 50cm, JK .
      
       6.Berdasarkan kasus diatas imunisasi apa yang harus diberikan bidan terhadap bayi tersebut sesuai dengan usianya?
       a. campak
       b. polio
       c. BCG
       d. TT

       7. Berapa kali imunisasi tersebut diberikan pada bayi?
       a. 1 kali
       b. 2 kali
       c. 3 kali
       d. 4 kali

       8. Kapan pemberian imunisasi tersebut sebaiknya dilakukan?
       a. diberikan setelah usia 2 bulan
       b. diberikan setelah 6 tahun
       c. diberikan sedini mungkin/ secepatnya.
       d. semua salah.

       (Soal no 9-13)
      
       Bayi Diva sudah mendapat imunisasi BCG 2 hari yang lalu, saat ini timbul bengkak dan bercak merah pada tempat penyuntikan.
      
       9. Masalah yang terjadi pada bayi Ny. Diva disebabkan oleh....
       a. Alergi terhadap vaksin
       b. Penyuntikan terlalu dalam
       c. dosis vaksin terlalu banyak.
       d. reaksi normal imunisasi BCG.

       10. Dosis imunisasi yang diberikan untuk bayi Ny.Diva adalah....
       a. 0,1 ml.
       b. 0,5 ml.
       c. 0,01ml
       d. 0,02 ml

11. Timbulnya scar pada lengan bayi Ny. Diva adalah...minggu
       a. satu
       b. tiga
       c. empat
       d. lima
      
12. Tujuan pemberian imunisasi pada bayi Ny. Diva adalah...
       a. mencegah penyakit infeksi saluran pernafasan
       b. membuat kekebalan aktif terhadap penyakit TBC
       c. memberi kekebalan aktif terhadap penyakit difteri
       d. mendapatkan kekebalan terhadap penyakit campak
      
13. Apabila bayi Ny. Diva dalam waktu yang telah ditentukan tidak timbul scar pada tempat penyuntikan, maka tindakan selanjutnya adalah...
       a. BCG test
       b. Rontegen test
       c. Mantoux tes/ PPD tes
       d. Spuntum test

       (Soal no 14-15)
       Seseorang penderita radang paru (pernafasan) yang disebut juga batu rejan/100 hari. Artinya sakitnya bisa mencapai 100 hari atau 3 bulan lebih. Gejalanya juga diakhiri dengan muntah, mata dapat bengkak dan dapat meninggal.

14.Berdasarkan data diatas, diagnosa apa yang dapat disimpulkan bidan terhadap penderita radang paru tersebut?
       a. difteri
       b. pertusis
       c. tetanus
       d. polio

15. jika penderita datang dengan keluhan atau tanda-tanda dalam kasus diatas berarti pasien belum mendapatkan imunisasi.....
       a. campak
       b. polio
       c. BCG
       d. DPT





soal no 16-18
       Ny. Mei memiliki bayi berusia 4 bulan dan 5 hari yang lalu telah mendapatkan imunisasi. Tetapi setelah mendapat imunisasi bayinya sedikit rewel dan demam tidak seperti biasanya yaitu selama 1-2 hari, kemerahan dan akan hilang dalam waktu beberapa hari setelah imunisasi.

16.Berdasarkan kasus diatas, imunisasi apa yang telah diperoleh bayi Mei sesuai dengan keluhan2 yang dialami bayinya?
a.    TT
b.    Hepatitis B
c.    DPT
d.   BCG

17. Berapa kali sebaiknya pemberian imunisasi tersebut dilakukan?
a. 4 kali (usia 5 bln, usia 7 bln, usia 8 bln, usia 10 bln)
b. 3 kali ( usia 2 bln, usia 4 bln, usia 6 bln)
c. 2 kali (usia 4bln dan usia 6 bln)
d. semua benar.
18. berapa bulan jangka pemberian imunisasi tesebut supaya imunisasi selanjutnya dpt dilakukan?
a. 3 bln
b. 2 bln
c. 4 bln
d. 5 bln.

Seorang anak berusia 1 thn setelah di imunisasi memeriksa  darah. Bila kadarnya diatas 1000, berarti daya tahannya 8 thn. diatas 500 thn, diatas 200 thn dan 3 tahun. Tetapi bila angkanya hanya 100, maka dalam setahun akan hilang. Sementara bila angka nol harus di suntik 3 kali.

19. berdasarkan kasus diatas, imunisasi apa yang diberikan pada anak tersebut???
a. Polio
b. campak
c. DPT
d.hepatitis B

20. Apa tujuan dilakukan  pemeriksaan darah pada imunisasi tersebut?
a. sebagai tanda keberhasilan
b. uji test
c. ingin coba-coba
d.periksa gula darah.














Kunci jawaban

1.      A                     11. C
2.      C                     12. B              
3.      D                     13.C               
4.      D                     14. B
5.      A                     15. D
6.      C                     16. C
7.      A                     17. B
8.      C                     18.B
9.      D                     19. D
10.  C                     20. A








Kesimpulan
Keimunan badan kita mempunyai hubungan rapat dengan cara hidup dan pemakanan kita. Jika badan dibekalkan dengan nutrien yang mencukupi dan sesuai, sistem  imun kita dapat diperkuatkan. Produk berkualiti seperti Phyto Greens, jus Aloe Vera, Royal Spora Lingzhi dan teh hijau dapat  meningkatkan daya ketahanan badan kita. Kita dikelilingi oleh virus dan bacteria, oleh itu, adalah amat penting untuk memastikan sistem imun kita berfungsi dengan baik supaya dapat mempertahankan badan dan melawan deri pelbagai  penyakit.

Saran
Agar  dalam penyusunan karya ilmiah ini bisa memberikan manfaat yang besar maka penulis menyarankan:
-          Jaga pola hidup yang sehat agar tidak mudah terserang penyakit.
-          Memperhatikan setiap makanan yang akan dikonsumsi
-          Memelihara lingkungan yang bersih dan sehat.






DAFTAR PUSTAKA
Maryanti Dwi, Sujianti, Budiarti Tri,2011. Buku Ajar Neonatus, Bayi & Balita. Trans info Media. Jakarta.
Maryunani Anik, 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Trans Info Media Jakarta
Oswari E, 2004. Perawatan Ibu Hamil dan Bayi. Pustaka Sinar Harapan Jakarta    
Rukiyah Yeyeh, Yulianti Lia, 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Trans Info Media Jakarta
Kandun Nyoman,2005. Pedoman Teknis Imunisasi Tingkat Puskesmas. Departemen Kesehatan RI Jakarta
Facri Umar.2009. Program Imunisasi di Indonesia. Hhtp/www.info.sehat.com askeb 12 Mei 2011





Tidak ada komentar:

Posting Komentar